Universitas Gadjah Mada mewisuda 1.781 orang lulusan program Sarjana dan Diploma, terdiri dari 1.455 Sarjana dan 326 Diploma. Masa studi rata-rata untuk lulusan program Sarjana adalah 4 tahun 5 bulan, sedangkan untuk jenjang Diploma 3 tahun 0 bulan. Studi tersingkat untuk lulusan Sarjana diraih oleh Claudia Hanny dari Prodi S1 Akuntansi, FEB, yang lulus dalam waktu 3 tahun 4 bulan 18 hari. Sedangkan jenjang Diploma untuk studi tersingkat diraih oleh Griselda Junianda Velantika dari Prodi D3 Teknik Sipil, Sekolah Vokasi, yang menyelesaikan studi pada waktu 2 tahun 6 bulan.
Lulusan termuda program sarjana diraih oleh Abida Hasna Laila dari Prodi Pendidikan Dokter, FK UGM, yang lulus pada usia 19 tahun. Lulusan termuda untuk jenjang Diploma diraih Nadia Amalina Bunga Massita dari D3 Agro Industri, Sekolah Vokasi, yang lulus pada usia 19 tahun 7 bulan.
Persentase untuk peraih predikat cumlaude untuk program sarjana sebanyak 37,51 %, sangat memuaskan 57,88 % dan berpredikat memuaskan 4,61 %. Untuk lulusan program Diploma yang meraih berpredikat cumlaude sebesar 45,23%, sangat memuaskan 44,62% dan memuaskan 10,16 %.
IPK rata-rata untuk lulusan sarjana wisuda kali ini adalah 3,37 dan IPK rata rata untuk jenjang Diploma III yaitu 3,38. Sedangkan rerata IPK untuk jenjang Diploma IV 3,05. Peraih IPK tertinggi untuk program sarjana diraih Nikko Vanda Limantara dari Prodi Pendidikan Dokter, FK UGM, yang meraih IPK 4,00. Sedangkan IPK tertinggi untuk jenjang Diploma diraih oleh May Eka Rahasti dari Prodi D3 Rekam Medis, Sekolah Vokasi, yang lulus dengan IPK 3,95.
Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., dalam pidato sambutannya menyampaikan ucapan selamat pada wisudawan yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana dan diploma. Menurut Rektor para wisudawan merupakan putra-putri terbaik bangsa yang telah menyelesaikan studi pendidikan program Sarjana dan Diploma di universitas perjuangan dan universitas terbesar di Indonesia ini. “Oleh karenanya, kelulusan ini adalah awal dari perjalanan panjang saudara selanjutnya, baik dalam studi lanjut maupun di dunia kerja, kiprah saudara sangat ditunggu di tengah kesempatan yang begitu terbuka dalam pembangunan peradaban Indonesia,” kata Rektor di Grha Sabha Pramana UGM, Rabu (18/5) .
Dalam kesempatan itu, Rektor menceritakan kembali perjuangan kebangkitan nasional yang digagas anak-anak muda dengan mendirikan perkumpulan Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Pendirian organisasi pemuda itu, kata Rektor, akhirnya menularkan semangat nasionalisme dan patriotisme bangsa yang semakin dahsyat dengan dicanangkannya Sumpah Pemuda pada 1928 yang kemudian dilanjutkan Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945. Bahkan, semangat patriotisme itu pula yang melandasi pendirian kampus UGM pada tahun 1949 di saat Belanda ingin kembali menduduki Indonesia. “Para tokoh pendiri UGM bersama Sri Sultan HB IX di keraton Yogyakarta mencanangkan kelahiran UGM pada 19 Desember 1949, di hari yang sama di saat ada agresi militer Belanda. Mereka ingin membuktikan kepada dunia, meskipun Belanda kembali menjajah, tapi Indonesia tetap eksis dengan simbol universitas kebangsaan, universitas perjuangan pertama. Jadi, kelahiran UGM sengaja didesain dengan maksud bahwa Indonesia tetap berdiri meskipun penjajah kembali masuk ke Indonesia,” tuturnya.
Rektor menambahkan semangat nasionalisme itu sudah semestinya harus diperjuangkan dan dipertahankan di hati civitas akademika UGM dan para alumni. “Makna penting bagi kita, sebagai kaum inteletual muda sudah seharusnya tetap mengobarkan jiwa nasionalisme dan patriotisme. Mari kita buktikan lulusan UGM tidak hanya memperjuangakan kepentingan dirinya sendiri tetapi tetap gigih dan berkontribusi untuk kepentingan masyarakat, merwujudkan Indonesia yang lebih lebih baik,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)