Yogya, KU
Pemerintah diminta untuk lebih serius dalam penerapan kebijakan Timur Tengah (Timteng). Kebijakan tersebut harus lepas dari bayang-bayang kepentingan Amerika Serikat.
Demikian yang diungkapkan oleh pakar hubungan intrenasional UGM Prof Dr Amien Rais di sela-sela International Seminar on The Midle East di Balai Senat UGM, Selasa (25/4).
Menurut Amien, pemerintah selama ini masih mendapat bayang-bayang dari Amerika soal kebijakan politik luar negeri untuk timur tengah dan tidak memiliki kebebasan dalam mengimplementasikan kebijakannya.
“Kita sebaiknya betul-betul memiliki freedom of action dalam implemantasi kebijakan kita di Timur Tengah. Selama ini, sesungguhnya pelaksanaan kebijkana indonesia di timur tengah lebih dibayang-bayangi kepentignan Amerika,” kata Mantan Ketua MPR Amien Rais
Menurut Amien, tidak bisa bebasnya Indonesia menerapkan kebijakan di Timteng, Indonesia harus dibayar mahal. Salah satunya ketika sekitar 20 negara di Timteng memutuskan untuk abstain dalam Sidang Umum PBB soal Timor Timur. Akibatnya PBB memutuskan untuk melakukan referendum yang berakibat lepasnya wilayah itu dari Indonesia.
“Kenapa hal itu terjadi? karena kita dinilai tidak betul-betul pro Palestina. Kita selalu mengatakan mendukung perjuangan Palestina tetapi menjadi negara paling akhir membuka kantor Palestina di Jakarta. sementara sebelumnya Kuala Lumpur, Bangkok, Tokyo sudah membuka,” ujar Guru Besar Fisipol UGM ini.
Meski dikenal selalu mengkritik pemerintah, namun kali ini Amien mendukung langkah Presiden SBY yang melakukan kunjungan ke Iran beberapa waktu lalu. Menurut Amien, hal itu bisa menjadi terobosan untuk memulai kebijakan yang lebih tegas dan independen.
“Kunjungan SBY ke Iran itu terobosan kecil bahwa kita tidak perlu didikte Washington. Bukan kita menentang Washington. Mereka super power yang bisa melakukan banyak hal di luar dugaan. Tetapi kemandirian dalam penerapan kebijakan meski AS tidak suka harus kita lakukan terus,” katanya.
Ke depan, menurut Amein, Indonesia juga harus merubah orientasi terhadap wilayah Timteng. Menurut Amien, wilayah itu sudah menjadi negara yang jauh lebih maju dari Indonesia baik dalam hal ekonomi maupun teknologi. Sehingga sudah saatnya Indonesia menjadikan wilayah tersebut sebagai tempat menimba pengetahuan dan investasi.
“Harus kita pertanyakan kenapa investor Timteng mau masuk ke Thailand, Bangkok dan Malaysia tetapi kenapa tidak ke Indonesia,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)