Yogya, KU
Bupati Kulon progo Toyo S. Dipo meminta dilakukan pertemuan kembali dengan mahasiswa KKN PPM UGM untuk membahas pengembangan perencanaan kawasan agropolitan di Kecamatan Kalibawang. Hal ini ditegaskan oleh Toyo, saat menerima kunjungan ketua MWA UGM Prof Dr Amien Rais bersama jajaran pimpinan universitas saat meninjau kegiatan KKN PPM UGM.
Menurut Toyo, dirinya berniat membangun kerjasama lebih lanjut dengan mahasiswa KKN UGM dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat di empat desa, yaitu Banjararum, Banjarsari, Banjarharjo dan Banjaroyo.
“Kami perlu dapat masukan tentang program-program apa saja yang penting untuk dilakukan dalam membangun kawasan agropolitan ini.” kata Toyo dalam sambutannya, Selasa (¼) di Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo.
Lebih lanjut ia menambahkan, penetapan Kalibawang sebagai kawasan agropolitan sudah dilakukan sejak lama dengan tujuan membangun daerah pedesaan yang berbasis perkotaan.
“Dasar pembangunan agropolitan adalah membangun desa untuk menumbuhkan kota. Jika desa sudah terbangun, maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan akan tersedianya berbagi fasiltas, sehingga daerah perkotaan akan tumbuh dengan sendirinya,” jelasnya.
Selama lima tahun terakhir, kata Toyo, angka kemiskinan di daerah Kulonprogo merupakan yang terbesar di DIY. Namun setelah adanya program kawasan agropolitan sebagai daerah percontohan pembangunan pedesaan maka pada tahun 2007 yang lalu, Kulonprogo menempati posisi keempat dari lima kabupaten di DIY yang angka penduduk miskin menurun drastis.
Terkait dengan rencana Bupati untuk mengajak mahasiswa KKN dalam membangun kawasan agropolitan disambut baik oleh Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UGM Prof Dr Retno Sunarminingsih, MSc Apt. Menurut Retno, itikad baik dari bupati tersebut sebagai bentuk komitmen pemerintah daerah dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
“UGM sebagai pencetus program KKN mempunyai moral responsibility untuk selalu menjaga mutu bahkan meningkatkan mutu program KKN. Sejak dua tahun lalu, UGM sudah merevitalisasi paradigma program KKN dari paradigma pembangunan menjadi paradigma pemberdayaan,” katanya.
Dengan adanya perubahan paradigma ini, jelas Retno, setidaknya sanggup menghadirkan lulusan UGM yang memiliki kemampuan tidak hanya pandai tetapi juga memiliki empati terhadap berbagai permasalahan di masyarakat.
“KKN PPM ini mendidik mahasiswa untuk peduli dan mampu menjadi pemimpin sejati. Pemimpin yang peduli masyarakat lemah dan mendorong pemberdayaan masyarakat. Ketika lulus mereka tidak tergantung dengan pasar kerja tapi mampu membangun pasar kerja,” tandasnya.
Retno menyebutkan, KKN PPM UGM di Kalibawang di fokuskan dalam hal pengembangan agribisnis. Diantranya pengembangan produk olahan pertanian, terutama tanaman holtikultura, pengembangan tanaman organik berupa tanaman padi, durian dan rambutan, dan produk olahan seperti slondok, emping melinjo, empimg garut, serta olahan makanan dari ikan.
Sementara itu, Rektor UGM Prof Ir Sudjarwadi MEng PhD dalam sambutannya berharap pengembangan agribisnis di Kalibawang akan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Menurutnya, bidang agribisnis saat ini sudah menjadi tulang punggung masyarakat Indonesia untuk mencapai kemakuram, keadilan dan kesejahteraan. (Humas UGM/Gusti Grehenson)