Yogya, KU
Berbagai macam cara untuk memperingati Hari Kartini, bila sebagian pelajar memperingatinya dengan ikut upacara resmi di sekolahnya, maka berbeda dengan apa yang dilakukan ibu-ibu yang tergabung dalam tim penggerak PKK Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kota Gede. Bersama mahasiswa KKN UGM 2008 unit Purbayan, mereka menyelenggarakan lomba membuat kue dan lomba merangkai sayur yang diperuntukan khusu bagi ibu-ibu rumah tangga.
Menurut ketua tim penggerak PKK Kelurahan Purbayan, Ismiatun (41), kegiatan lomba membuat kue dan lomba merangkai sayur ini, selain untuk mengenang perjuangan RA Kartini dalam menanamkan tonggak emansipasi wanita di Indonmesia, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk mengaktifkan kembali kegiatan tahunan ibu-ibu PKK yang sempat mengalami stagnan (mandeg) pasca gempa bumi yang terjadi dua tahun silam.
“Pasca gempa, kegiatan PKK mengalami kevakuman selama kurang lebih dua tahun lamanya, persis tidak ada kegiatan yang menggerakan kebersamaan ibu-ibu di sisni, ” kata Ismiatun di sela-sela pelaksanaan loma, Minggu (20/4) di halaman kantor kelurahan Purbayan.
Dijelaskan Ismiatun, sebagai sarana aktualisasi diri dalam mengembangkan potensi ibu-ibu binaan TP PKK dalam bidang tata boga, kegiatan ini diharapkan juga sebagai alternatif hiburan untuk warga kelurahan Purbayan kecamatan Kotagede dan sekitarnya.
“Kita berharap ibu-ibu yang kebanyakan berprofesi sebagai guru ini mempu menunjukkan kepiawaian mereka dalam mengolah bahan makanan menjadi hidangan yang nikmat serta bisa berkreasi dalam merangkai sayur,” jelas isteri Sudarmadji, kepala kelurahan Purbayan.
Ibarat gayung bersambut, kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari ibu-ibu di kelurahan Purbayan. Sedikitnya, 72 peserta yang berasal dari 14 RW dan 58 RT mengikuti lomba ini. Masing-masing RT dan RW yang diwakili tiga orang ibu-ibu ini, masing-masing menyajikan berbagai hasil kreasi mereka dalam merangkai bahan-bahan untuk sayur lodeh. Tidak heran, hasil kreasi mereka dibilang sangat lucu dan cukup menarik perhatian para juri.
Aneka sayur mayur yang seyogyanya untuk bahan sayur lodeh, bisa dirangkai sedemikian rupa menyerupai bentuk berbagai macam rupa. Sebut saja salah satu diantaranya, ada yang merangkai menjadi seekor bebek dengan mocong dibentuk dari wortel, lehernya dari lobak, sedangkan sayap dan badannya dibentuk dari sayur sawi.
Safrianu Haqqu, ketua panitia sekaligus koordinator KKN PPM UGM mengungkapkan bahwa dalam lomba merangkai sayur, setiap peserta diharuskan menggunakan bahan seharga Rp 5000. Sedangkan dalam lomba membuat kue diharuskan menggunakan bahan sekitar Rp 10000.
“Kita ingin, dengan keahliannya dalam membuat kue, tidak hanya untuk dikonsumsi buat keperluan keluarga sendiri, namun mereka bisa mengembangkannya dalam bentuk usaha yang lebih besar lagi dalam bentuk usaha kecil dan menengah,” tandasnya.
Salah satu peserta, Ibu Wiwik (41), dalam lomba tersebut menyajikan kue puding marmer sebagai kue hasil kreasinya. Bahkan diakui wiwik, kue buatannya ini sudah setahun digeluti dalam bisnis. Meski terbilang masih kecil, namun setiap hari dirinya mampu menjual 350 potong kue puding marmer yang dipasarkan ke berbagai tempat beberapa diantaranya ke pasar tradisional, rumah sakit Bethesda dan Panti Rapih.
“Setiap hari dengan membawa sepeda motor, saya titipkan 100 kue ini ke pasar, 100 potong untuk dirumah sakit Panti rapih dan 100 potong kue di rumah sakit Bethesda,” ungkapnya
Menurut Ibu dua anak kembar ini, kue puding buatannya memiliki ciri khas tersendiri dengan bentuk yang sedikit menyerupai marmer dan sangat cocok untuk dikonsumsi oleh balita, ibu hamil dan manula. Diakui Wiwik, keahlian membuat kue puding marmer ini, di dapat setelah diajar oleh neneknya.
Pemenang lomba membuat kue: Juara I Kue Puding beras dari RT19/RW5, Juara II Kue Sus Potong dari RT15/RW4, Juara III Kue Kroket ayam dari RT3/RW1
H-I. Sedangkan pemenang lomba merangkai sayur; Juara I RW6, Juara II RW13, Juara III RW10 (Humas UGM/Gustri Grehenson)