Papua dikenal sebagai wilayah dengan hasil bumi yang melimpah serta bentang alam yang menakjubkan. Namun, satu hal yang juga tidak lepas ketika berbicara mengenai Papua adalah keberagaman budayanya. Hubungan yang begitu erat antara masyarakat Papua dengan budayanya menjadikan pendekatan kebudayaan sebagai suatu kunci untuk memahami kompleksitas permasalahan yang ada di Papua.
“Keberagaman menjadikan Papua unik. Hal ini adalah suatu kebanggaan, tapi juga jadi tantangan bagi kita semua,” ujar Vice President Corporate Communication PT. Freeport Indonesia, Riza Pratama, dalam Talk Show bertajuk ‘Pembangunan Papua melalui Budaya’, Kamis (2/6) di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri (PKKH) UGM.
Sementara itu, antropolog Universitas Cendrawasih, Dr. Johsz R. Mansoben, menjelaskan bagaimana masyarakat Papua memiliki local knowledge dan local wisdom yang mengakar dalam budaya dan tradisi mereka. Salah satu nilai yang mereka pegang adalah penghargaan terhadap lingkungan. Masyarakat Papua menyamakan tanah dengan seorang ibu yang melahirkan dan memelihara kehidupan mereka, dan hal ini tampak dalam cara mereka mengelola alam.
“Misalnya di Raja Ampat mereka punya pola pelestarian lingkungan laut yang mengatur bagaimana supaya biota laut tetap ada dan bisa dimanfaatkan. Mereka tidak terus-terusan mengambil hasil laut. Dalam waktu-waktu tertentu mereka biarkan untuk berkembang biak,” jelasnya.
Prinsip-prinsip inilah, menurutnya, yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kebijakan pembangunan di Papua. Tanpa memperhatikan hal ini, tidak mungkin suatu kebijakan bisa berjalan dengan baik dan bermanfaat bagi masyarakat Papua.
“Jangan bicara Papua kalau tidak kenal manusia Papua dan tanah Papua. Meskipun punya maksud yang baik, tapi pendekatan yang salah justru akan menyusahkan mereka,” imbuhnya.
Antropolog UGM, Dr. Laksmi A. Savitri, M.A., menyampaikan bagaimana masyarakat Papua sering kali tidak merasa menikmati hasil dari pembangunan.
“Mereka sering merasa tertipu karena dijanjikan sesuatu tapi nyatanya tidak juga datang, sehingga mereka pun jadi tidak peduli dengan perubahan,” ujarnya.
Karena itu, ia pun mendorong berbagai pihak untuk dapat memberikan perhatian yang lebih kepada masyarakat Papua, untuk bersama-sama memikirkan apa yang terbaik bagi mereka dengan tetap menghormati nilai-nilai budaya yang mereka pegang.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor UGM Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Dr. Suratman, menyampaikan nilai penting menjunjung budaya Indonesia, termasuk budaya Papua, sebagai suatu nilai kebangsaan.
“Budaya adalah perekat bangsa Indonesia, dan budaya juga bisa jadi penggerak kemajuan Papua, misalnya melalui ekonomi kreatif” ujarnya.
Talk show ini diadakan sebagai salah satu rangkaian dari kegiatan Papuan Days yang berlangsung pada tanggal 2-3 Juni 2016 dengan mengambil tema ‘Meneropong Papua dalam Kacamata Budaya’. Selain talk show, Papuan Days yang diselenggarakan atas kerja sama antara Keluarga Mahasiswa Papua Gadjah Mada (KEMPGAMA), Kelompok Kerja Papua UGM, dan PT Freeport Indonesia ini juga diisi dengan pameran kesenian, sharing film dokumenter, serta berbagai pertunjukan budaya Papua. (Humas UGM/Gloria)