• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Nelayan Berisiko Lebih Besar Menderita Katarak

Nelayan Berisiko Lebih Besar Menderita Katarak

  • 06 Juni 2008, 14:16 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 8543

Yogya, KU

Penduduk yang tinggal di daerah pantai lebih berisiko mengalami penyakit katarak daripada penduduk yang tinggal di daerah pegunungan. Hal ini disebabkan penduduk di daerah dataran rendah lebih banyak terkena sinar ultraviolet dibandingkan dengan di daerah dataran tinggi.

“Penduduk di daerah pantai yang kebanyakan nelayan, justru lebih banyak terkena panas matahari yang mengandung sinar ultraviolet. Berbeda dengan di daerah dataran tinggi yang berhawa dingin, sedikit terkena sinar matahari,” kata dr Agus Supartoto SpM(K), dokter spesialis mata FK UGM, kepada wartawan dalam menjelaskan hasil penelitian dari program operasi katarak gratis yang dilakukan di beberapa rumah sakit di DIY dan Jateng, Jumat (6/6) di Rumah Sakit Sardjito.

Agus mengungkapkan, dari hasil penelitiannya di bulan Mei 2008 yang lalu meununjukkan tingginya penderita katarak yang berdomisili di daerah pantai utara dan selatan pulau Jawa. Hasil penelitian tersebut dibuktikan bersamaan dilakukan operasi gratis di daerah Gombong, Jawa Tengah yang diikuti sekitar 200-an lebih penderita katarak. Sementara, operasi katarak gratis di Solo, hanya diikuti oleh sekitar 15 orang penderita.

Menurut Agus, selain faktor sinar ultraviolet, kondisi ekonomi nelayan yang memprihatinkan menyebabkan nelayan enggan memeriksa kondisi kesehatan matanya. Akibatnya, banyak penderita katarak yang tidak terdeteksi sejak dini.

Selain faktor sinar ultraviolet, faktor usia dan makanan menjadi faktor lain yang menyebabkan munculnya penyakit katarak. Kebanyakan penderita katarak, menurut Agus merupakan penderita yang berusia di atas 65 tahun dimana memiliki kondisi lensa mata yang semakin keruh. Kendati begitu, saat ini sudah banyak penderita katarak di kalangan anak muda yang menderita penyakit diabetes mellitus.

“Banyak mengkonsumsi makanan fast food yang mengandung lemak dan kholesterol tentunya akan berisiko besar terkena penyakit diabetes, padahal penyakit diebetes menjadi faktor munculnya katarak,” jelasnya.

Mencegah risiko penyakit katarak, Agus menganjurkan agar lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan. Selain itu, mengurangi makanan yang mengandung lemak. Dirinya mencontohkan di India, kasus Katarak sangat jarang ditemukan karena banyaknya masyarakat yang menjadi vegetarian. Sementara di Indonesia, prevalensi katarak sekitar 0,7 persen dari total penduduk.

Diakui Agus, penyakit katarak merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya kebutaan. Maka dari itu, sejak dini dianjurkan untuk mengetahui tanda-tanda penyakit katarak. Beberapa gejala awal katarak, diantaranya terlihat selaput berwarna putih di mata, dan mata mudah silau.

“Memasuki umur 40 tahun seyogyanya masyarakat sudah memeriksa kondisi kesehatan mata mereka ke dokter mata, agar bisa ditangani dengan baik,” tandasnya.

Sementara itu, anggota Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) DIY, dr Indrawati SpM, menjelaskan akan melaksanakan operasi katarak gratis pada tanggal 29 Juni 2008 di Rumah Sakit Cakra Husada, Klaten. Program ini, kata Indrawati, dalam rangka memeriahkan hari bhakti Ikatan dokter Indonesia. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • 45 Ribu Orang di DIY Menderita Kebutaan Akibat Katarak

    Tuesday,13 November 2007 - 13:35
  • RS UGM Mengadakan Operasi Katarak Gratis

    Tuesday,29 November 2016 - 10:26
  • Tiap Bulan, FK UGM Lakukan Operasi Gratis Bagi 10 Pasien Katarak Tidak Mampu

    Tuesday,26 February 2008 - 14:53
  • Mahasiswa UGM Lakukan Pemeriksaan Mata dan Operasi Katarak Gratis di Desa Meliling Bali

    Saturday,06 August 2022 - 6:59
  • Di DIY Angka Kebutaan Akibat Katarak Masih Cukup Tinggi

    Monday,11 August 2008 - 16:30

Rilis Berita

  • Fakultas Hukum UGM Luncurkan Buku Tentang Hukum Agraria 27 May 2023
    Memperingati ulang tahun ke-80 tokoh bidang hukum dari Fakultas Hukum (FH) UGM, Prof. D
    Satria
  • Pemilu 2024 Masih Terjebak pada Agenda Rutinitas Politik 27 May 2023
    Pemilu 2024 bukan hanya sebagai bagian dari rutinitas pesta demokrasi lima tahunan dalam rangka m
    Gusti
  • FKK-MK UGM Gelar Webinar Bahas Ancaman Diabetes Mellitus Bagi Anak Muda 27 May 2023
    Untuk merencanakan tindak lanjut terhadap tingginya penderita Diabetes Mellitus pada ge
    Satria
  • UGM Residence Kembali Gelar Festival Budaya 26 May 2023
     UGM Residence kembali menggelar festival budaya at
    Ika
  • Ganjar Pranowo Ajak Warga Melek Digital 25 May 2023
    Ketua Umum Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (PP Kagama), Ganjar Pranowo, me
    Gusti

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
  • 06Sep The 5th International Conference on Bioinformatics, Biotechnology, and Biomedical Engineering (BioMIC) 2023...
  • 02Oct Conference of Critical Island Studies...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual