Yogya, KU
Penduduk yang tinggal di daerah pantai lebih berisiko mengalami penyakit katarak daripada penduduk yang tinggal di daerah pegunungan. Hal ini disebabkan penduduk di daerah dataran rendah lebih banyak terkena sinar ultraviolet dibandingkan dengan di daerah dataran tinggi.
“Penduduk di daerah pantai yang kebanyakan nelayan, justru lebih banyak terkena panas matahari yang mengandung sinar ultraviolet. Berbeda dengan di daerah dataran tinggi yang berhawa dingin, sedikit terkena sinar matahari,” kata dr Agus Supartoto SpM(K), dokter spesialis mata FK UGM, kepada wartawan dalam menjelaskan hasil penelitian dari program operasi katarak gratis yang dilakukan di beberapa rumah sakit di DIY dan Jateng, Jumat (6/6) di Rumah Sakit Sardjito.
Agus mengungkapkan, dari hasil penelitiannya di bulan Mei 2008 yang lalu meununjukkan tingginya penderita katarak yang berdomisili di daerah pantai utara dan selatan pulau Jawa. Hasil penelitian tersebut dibuktikan bersamaan dilakukan operasi gratis di daerah Gombong, Jawa Tengah yang diikuti sekitar 200-an lebih penderita katarak. Sementara, operasi katarak gratis di Solo, hanya diikuti oleh sekitar 15 orang penderita.
Menurut Agus, selain faktor sinar ultraviolet, kondisi ekonomi nelayan yang memprihatinkan menyebabkan nelayan enggan memeriksa kondisi kesehatan matanya. Akibatnya, banyak penderita katarak yang tidak terdeteksi sejak dini.
Selain faktor sinar ultraviolet, faktor usia dan makanan menjadi faktor lain yang menyebabkan munculnya penyakit katarak. Kebanyakan penderita katarak, menurut Agus merupakan penderita yang berusia di atas 65 tahun dimana memiliki kondisi lensa mata yang semakin keruh. Kendati begitu, saat ini sudah banyak penderita katarak di kalangan anak muda yang menderita penyakit diabetes mellitus.
“Banyak mengkonsumsi makanan fast food yang mengandung lemak dan kholesterol tentunya akan berisiko besar terkena penyakit diabetes, padahal penyakit diebetes menjadi faktor munculnya katarak,” jelasnya.
Mencegah risiko penyakit katarak, Agus menganjurkan agar lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan. Selain itu, mengurangi makanan yang mengandung lemak. Dirinya mencontohkan di India, kasus Katarak sangat jarang ditemukan karena banyaknya masyarakat yang menjadi vegetarian. Sementara di Indonesia, prevalensi katarak sekitar 0,7 persen dari total penduduk.
Diakui Agus, penyakit katarak merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya kebutaan. Maka dari itu, sejak dini dianjurkan untuk mengetahui tanda-tanda penyakit katarak. Beberapa gejala awal katarak, diantaranya terlihat selaput berwarna putih di mata, dan mata mudah silau.
“Memasuki umur 40 tahun seyogyanya masyarakat sudah memeriksa kondisi kesehatan mata mereka ke dokter mata, agar bisa ditangani dengan baik,” tandasnya.
Sementara itu, anggota Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) DIY, dr Indrawati SpM, menjelaskan akan melaksanakan operasi katarak gratis pada tanggal 29 Juni 2008 di Rumah Sakit Cakra Husada, Klaten. Program ini, kata Indrawati, dalam rangka memeriahkan hari bhakti Ikatan dokter Indonesia. (Humas UGM/Gusti Grehenson)