Sebanyak 12 perguruan tinggi di Asia membahas tentang Critical Island Studies di Fakultas Ilmu Budaya UGM, Minggu (1/10). ). Dua belas perguruaan tinggi tersebut berasal dari Indonesia, Filipina, Korea Selatan, Taiwan, China, dan Jepang.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA., mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk menguatkan perspektif kesetaraan dan isu alam.
“Selaras dengan tujuan SDGs ke-5 (kesetaraan gender), 10 (kota dan pemukiman berkelanjutan), 13 (penanganan perubahan iklim), 14 (ekosistem lautan), dan 15 (ekosistem daratan),”papar Wening, Rabu (4/10).
Menurut Wening, Critical Island Studies merupakan kajian yang cukup baru di Indonesia. Meski demikian, antusiasme peserta cukup banyak mengikuti kegiatan ini.
“Lebih dari 100 presenter mengirimkan abstrak mereka dengan kajian dari berbagai perspektif. Lebih dari separuh presenter CIS ini berasal dari luar negeri, yakni dari Filipina, Jepang, Australia, Korea Selatan, China, Belanda, dan Taiwan,”imbuhnya.
Pembicara kunci dari konferensi ini adalah Dr. Daud Aris Tanudirdjo, arkeolog dari Fakultas Ilmu Budaya UGM dan Oscar Campomanes, guru besar dari Universitas Ateneo de Manila.
Acara yang berlangsung selama 2 hari dengan mengambil tempat di UGM dan Sanata Dharma ini juga diisi penandatanganan perjanjian kerja sama untuk penguatan konsorsium Critical Island Studies serta pertemuan Asian Journal Network.
Penulis: Satria