
Sebanyak 1200 peserta mengikuti Equal Run 2025 yang diadakan di kompleks kampus Universitas Gadjah Mada, Minggu (16/2). Kegiatan lari sehat ini dibagi menjadi 3 kategori yaitu 3K, 5K Fun Run, dan 10 Race yang diikuti peserta dari berbagai kalangan dari mulai dari civitas UGM, mahasiswa, pejalan nordik, penyandang disabilitas, keluarga, hingga pelari profesional. Dalam kegiatan equal run kali ini, peserta tak hanya berlari, namun juga bisa dilakukan berjalan santai terlebih untuk para teman-teman difabel dan pejalan nordik.
Kegiatan lari untuk kesehatan dan kesetaraan ini merupakan hasil inisiasi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) bersama Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM) menunjukkan komitmennya dalam menyuarakan dan mendukung inklusivitas di masyarakat serta memeriahkan Dies Natalis ke-79 FK-KMK UGM, HUT ke-13 RSA UGM, HUT ke-43 RSUP Dr. Sardjito dan HUT ke-97 RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro.
Dr. dr. Darwito S.H. Sp.B.Onk. selaku Direktur Utama RSA UGM menyampaikan bahwa kegiatan lari ini mengusung konsep kesetaraan dan kolaboratif yang menggabungkan olahraga, kesehatan, dan kebersamaan, sekaligus menjadi simbol perayaan keberagaman. “Equal Run ini kami rancang bukan hanya menjadi wahana olahraga bagi masyarakat, namun diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya gaya hidup sehat, serta juga sebagai bagian dari inisiatif sport and wellness tourism yang dapat memperkenalkan Yogyakarta sebagai destinasi wisata olahraga dan kesehatan mental,” ujarnya.
Selain menjadi ajang olahraga, kata Darwito, kegiatan lari ini pun dapat menjadi ajang promosi kesehatan dan edukasi terkait layanan health tourism & wellness Yogyakarta. Pasalnya, setiap peserta mendapatkan kesempatan untuk mengenal lebih dalam berbagai pelayanan kesehatan yang tersedia serta mendapatkan manfaat dari inovasi kesehatan yang terus dikembangkan.
Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed.,Sp.OG(K)., Ph.D. didampingi oleh Dekan FK-KMK UGM, Prof. dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH melepas para peserta pada pukul 05.30 WIB dengan mengibarkan bendera start off yang menandai dimulainya acara lari.“Untuk para peserta Equal Run 2025, semoga perjalanannya lancar, dimudahkan, dank semuanya dimudahkan memasuki garis finish dengan selamat,” kata Ova seraya mengangkat bendera start di pelataran Grha Sabha Pramana.
Rektor menuturkan even Equal Run 2025 dapat menjadi kegiatan inklusif yang menyenangkan serta menjadi inspirasi bagi banyak pihak untuk terus menjaga kesehatan. “Harapannya, Equal Run 2025 menjadi ajang inklusif yang merangkul semua elemen masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas olahraga yang sehat dan menyenangkan,” harapnya.
Sementara Dekan Yodi menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta yang telah berpartisipasi mengikuti kegiatan ini. “Saya menyampaikan apresiasi sudah bisa bergabung, semoga pelari-pelari yang sudah bergabung dapat meramaikan Equal Run sekaligus juga menginspirasi masyarakat sekitar kampus kita untuk bergaya hidup sehat,” ujar Yodi.
Selain memfasilitasi acara lari, FK-KMK dan RSA UGM pun menggandeng berbagai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dibina dan menjadi mitra RSA UGM untuk ikut berpartisipasi memeriahkan kegiatan lari sehat ini. “Kita tidak hanya berfokus pada olahraga, Equal Run pun turut serta memberdayakan komunitas lokal dan memperkuat hubungan kemitraan yang bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.
Dr. Wuri Handayani, salah satu peserta dari penyandang disabilitas mengaku sangat senang bisa mengikuti equal run 2025 karena diberikan kesempatan bagi para penyandang disabilitas untuk bisa berpartisipasi. “Saya bersama 13 orang mahasiswa disabilitas ikut dalam event ini. Kami sangat senang dapat dilibatkan dalam merencanakan jalur yang aksesibel bagi penyandang disabilitas dari berbagai ragam,”ujar Wuri yang mengikuti kategori 3K.
Dosen FEB UGM ini menuturkan selama kegiatan equal run relatif tidak ada hambatan yang dihadapi, bahkan semua jalur juga dapat dilalui oleh peserta penyandang disabilitas. “Hanya masih banyak kendaraan di lintasan meski rutenya di dalam kampus. Permukaan jalur paving juga menyulitkan dan dapat menimbulkan risiko bagi pengguna kursi roda. Semoga semakin banyak kegiatan serupa dilaksanakan di UGM yang bersifat inklusif,” harapnya
Penulis : Leony
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Firsto