• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Membedah Polemik Laut Tiongkok Selatan

Membedah Polemik Laut Tiongkok Selatan

  • 24 Juni 2016, 13:13 WIB
  • Oleh: Satria
  • 4651
Membedah Polemik Laut Tiongkok Selatan

Laut Tiongkok Selatan (LTS), atau yang sering disebut Laut China Selatan, belakangan ini menjadi sorotan berbagai media. Nelayan Tiongkok beberapa kali melakukan penangkapan ikan di Laut Tiongkok Selatan, sekitar Kepulauan Natuna, yang diklaim Tiongkok sebagai wilayah perairan tradisionalnya. Bahkan, pada Jumat pekan lalu satu kapal penangkap ikan milik nelayan Tiongkok ditangkap aparat TNI Angkatan Laut karena dinilai melakukan penangkapan ikan di wilayah perairan Indonesia. Menanggapi insiden tersebut, Kamis (23/6), Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke Natuna yang semakin menegaskan bahwa terdapat persoalan serius terkait Laut Tiongkok Selatan.

Di sisi lain, Departemen Teknik Geodesi, Keluarga Alumni Teknik Geodesi (Katdesi) dan Keluarga Alumni Fakultas Teknik (Katgama) UGM menyadari bahwa  isu LTS tersebut bersifat multidisiplin. Selama ini, isu LTS lebih sering dibahas oleh pihak-pihak dengan keahlian politik dan hukum. Padahal, ada dimensi teknis atau geospasial dalam isu tersebut. Itulah yang menjadi alasan bagi Teknik Geodesi UGM, Katdesi dan Katgama untuk bersinergi dan menyelenggarakan Forum Group Discussion terkait isu Laut Tiongkok Selatan.

Acara berlangsung di Menara Global, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, yang sekaligus sebagai acara temu alumni dan buka puasa bersama. Hadir dalam acara tersebut Mantan Menteri Luar Negeri RI, Dr. Hassan Wirajuda, didaulat sebagai pembicara kunci. Dalam kesempatan tersebut Hassan Wirajuda menyampaikan pandangannya soal peran dan posisi Indonesia dalam sengketa LTS melalui konteks  hukum dan diplomasi.

“Sangat penting bagi Indonesia untuk tetap menjaga dialog dengan Tiongkok dan pihak lain di kawasan tersebut,” jelas Dr. Wirajuda.

Perunding Konvensi PBB tentang Hukum Laut Internasional (UNCLOS), Prof. Djalal, mengatakan  Indonesia mempunyai peran strategis dalam menjalin komunikasi dengan para pihak untuk senantiasa mengelola potensi politik di LTS. Di tempat sama, Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), Dr. Priyadi Kardono, pada acara tersebut menegaskan betapa penting makna informasi geospasial seperti peta dalam menyikapi dan mengelola sengketa wilayah dan yurisdiksi semacam LTS.

Tak ketinggalan, dosen Teknik Geodesi UGM, Dr. I Made Andi Arsana, yang menekuni aspek geospasial hukum laut, terutama batas maritim turut memberikan pandangannya. Menurutnya, dimensi geospasial/keruangan penting dalam memahami isu LTS yang selama ini cenderung dipandang dari segi politik dan hubungan internasional saja.

“Sangat penting mengetahui posisi dan dimensi potensi sengketa LTS sebelum mengajukan opsi solusi,”kata Andi.

Dari acara tersebut muncul beberapa rekomendasi, diantaranya LTS adalah isu multidimensi yang memerlukan pendekatan multidisiplin dalam penyelesaiannya. Selain itu, pemerintah harus menyadari pentingnya peran disiplin kebumian seperti Teknik Geodesi dan terutama informasi geospasial (peta) yang dihasilkan dari proses pemetaan permukaan bumi dalam mengelola kedaulatan dan yurisdiksi NKRI di laut, termasuk LTS. Pemerintah juga perlu menjaga dan meningkatkan peran kepemimpinan di ASEAN melalui jalinan komunikasi dengan negara-negara anggota terkait strategi menghadapi isu LTS. (Humas UGM/Tri)

Berita Terkait

  • Memahami Posisi Indonesia dalam Sengketa Laut China Selatan

    Sunday,19 July 2020 - 6:52
  • Mahasiswa UGM Memenangkan Program Write to China 2018

    Wednesday,09 May 2018 - 8:39
  • Teliti Budidaya Rumput Laut, Muh. Irfan Raih Doktor

    Wednesday,17 September 2014 - 11:40
  • Jaringan UGM ke China Diperkuat

    Tuesday,18 January 2022 - 16:08
  • Dosen UGM Manfaatkan Rumput Laut Untuk Peningkat Daya Tahan Tubuh Ikan

    Tuesday,09 July 2019 - 10:43

Rilis Berita

  • Dosen Perikanan UGM Murwantoko Dikukuhkan sebagai Guru Besar 21 March 2023
    Dosen Departemen Perikanan, Prof. Dr. Ir. Murwantoko, M.Si., dikukuhkan sebagai G
    Gloria
  • Komunitas Mahasiswa Hindu UGM Ikuti Tawur Agung di Candi Prambanan 21 March 2023
    Mahasiswa UGM yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Komunitas Mahasiswa Hindu Dharma (UKM
    Ika
  • 40 UMKM Mengikuti Pelatihan Peningkatan Kualitas Proses Pengolahan dan Pengemasan Produk 21 March 2023
    Sebanyak 40 pelaku UMKM mengikuti Pelatihan Peningkatan Kualitas Proses Pengolahan dan Pengemasan
    Agung
  • UGM Kembangkan Aplikasi TOMO Untuk Penanganan Tuberkulosis Resisten Obat 21 March 2023
    Penyakit tuberkulosis (TB) masih menjadi persoalan kesehatan di Indonesia. Dalam lapora
    Ika
  • Entrepreneur di Bidang Peternakan Masih Minim 21 March 2023
    Meski masih terbuka lebar Indonesia masih kekurangan entrepreneur di bidang peternakan. Data Bada
    Agung

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual