Yogya, KU
Pentingnya memahami sejarah islamisasi masyarakat Jawa di masa lalu sangat penting untuk memahami berbagai kejadian dan perkembangan masyarakat islam yang terjadi sekarang ini. Terutama dalam mengungkap fenomena polarisasi masyarakat islam dengan munculnya kelompok islam yang berasal dari luar Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh peneliti sejarah islam indonesia Prof Dr Merle S Ricklefs dari jurusan sejarah Universitas Nasional Singapura dalam kuliah umum program multidisiplin Sekolah Pascasarjana UGM, Senin (15/9) di ruang Seminar Gedung Sekolah Pascasarjana.
Menurut penulis buku “Mystic synthesis in Java: A history of Islamisation from the 14 to the early 19 Century (2006)” mengungkapkan polarisasi masyarakat islam yang terjadi sekarang ini memiliki kemiripan seperti yang pernah terjadi dalam masyarakat islam di Jawa di abad 14 hingga abad ke 19.
“Saat itu masyarakat islam yang begitu komplek dalam bidang sosial, politik, dan budaya yang sangat mendorong terjadinya pengelompokan tersebut. Sementara setelah pertengahan abad ke 19 polarisasi sosial dan konflik menjadi isu utama yang menunjukkan identitas kelompok keagamaan masing-masing,” katanya.
Sedangkan kini, bentuk polarisasi tersebut dilakukan oleh kelompok islam yang paham keagamaan yang berasal dari luar Indonesia dengan mendirikan sistem pendidikan islam yang berbeda.
“Mereka mendirikan sekolah yang berasal dari metode yang tidak berakar dari metode pendidikan islam yang selama berakar dari budaya masyarakat Indonesia, di masa lalu pernah juga terjadi, apa yang terjadi sekarang dapat dipahami dengan baik dengan adanya fakta yang terjadi di masa lalu,” katanya.
Meskipun demikian, katanya, perkembangan islam di Indonesia saat ini tidak mengalami polarisasi yang begitu kental terutama dengan hilangnya nuansa politik aliran. Dalam penelitian Ricklefs, politik aliran yang pernah muncul era Soekarno sudah tidak begitu mencuat dalam beberapa dekade terakhr ini.
“Banyak sekali yang menilai pada pemilu 1999 adalah kemenangan islam abangan karena dimenangkan oleh PDIP dan Golkar, menurut saya pandangan yang sangat keliru karena situsai sekarang ini sudah tidak ada pollitik aliran seperti dulu dengan adanya partai masyumi, PNI, dan PKI ini yang terjadi 50 tahun lalu,” katanya.
Ricklefs juga menilai keberadaan peranan kiai-kiai dalam partai politik kini juga mulai kehilangan pengaruhnya di masyarakat karena banyaknya kiai yang masuk ke dalam lingkaran politik praktis.
“Peranan kiai dalam menengahi konflik PKB misalnya menjadi kehilangan pengaruhnya akibat mereka banyak terlibat politik praktis,” katanya.
Sementara Prof Dr Retno S Sudibyo dalam sambutannya ketika membuka acara kuliah umum ini mengungkapkan penelusuran sejarah perkembangan islam di masa lalu sangat penting untuk mengungkapkan kejadian yang pernah yang terjadi di masa lalu.
“Sebagai negara penduduk islam terbesar di dunia dan memiliki penduduk muslim yang moderat dan santun ini, kajian ini sangat penting untuk memahami masa lalu dalam menggapai masa depan yang lebih baik,” ujarnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)