Yogya, KU
Rektor UGM Prof Ir Sudjarwadi MEng PhD membuka kegiatan video teleconference antara UGM dengan 16 kampus di Indonesia dalam rangka pelaksanaan penjajakan kerjasama pemanfaatan limbah (waste refinery), Selasa (14/10) di ruang Multi Media PPTIK UGM. Bertindak menjadi narasumber peneliti pemanfaatan limbah dari jurusan teknik kimia UGM Dr Siti Satyamsiah, Sekda Pemkab Sleman Ir Sutrisno MES, Prof Mohammad Taherzadeh dan Mr Olle Engstrom dari Universitas Boras, Swedia. Beberapa peserta dari 16 kampus yang terlibat dalam teleconference tersebut diantaranya UI, Unhas, Unan, dan IPB.
Rektor UGM Prof Ir Sudjarwadi MEng PhD menegaskan, sampah sebenarnya tidak akan menimbulkan banyak permasalahan, sebaliknya akan memberikan potensi ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat apabila mampu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik,
“Tentunya hal ini sangat penting apabila pengelolaan sampah terpadu mampu melibatkan kerjasama dengan berbagai pihak, seperti kerjasama UGM dengan Swedia ini, sudah saatnya ditindaklanjuti dengan penjajakan kerjasama dengan kampus dan pemerintah daerah lainnya,”ungkapnya.
Sementara Sekda Pemkab Sleman Ir Sutrisno MES mengungkapkan, kerjasama pemerintah Kabupaten Sleman dengan Swedia telah dilakukan sejak tahun 2006. Pelaksanaan kerjasama ini diakuinya merupakan hasil inisisasi dari pihak UGM.
“UGM telah menginisiasi kabupaten Sleman untuk menjalin kerjasama dengan universitas, pemerintah serta lembaga donor di Swedia dalam pengembangan waste refinery,” katanya.
Diakui oleh Sutrisno, bentuk realisasi kerjasama tersebut dengan membangun tempat pengelolaan sampah terpadu di pasar buah Gamping, Sleman, dalam mengelola limbah buah busuk yang dikonversi menjadi biogas.
Dari pihak Pemkab Sleman sendiri, tambah Sutrisno, sudah menyediakan fasilitas lahan seluas 600 meter persegi di lokasi pasar Gamping untuk dibangun tempat pengelolaan sampah terpadu yang nantinya dikelola langsung oleh koperasi pasar gamping. Menurutnya, program ini sebagai langkah antisipasi Pemkab Sleman dengan semakin terbatasnya daya tampung tempat pembuangan sampah akhir di Piyungan, Bantul.
“Selama ini yang kita tahu, bagaimana produksi sampah masyarakat diurusi pembuangannya ke TPA Piyungan, tidak pernah berpikir untuk memanfaatkan sampah sebagai sebuah sumber daya, tentunya kita tidak akan tahu seberapa besar potensinya apabila tidak ada kerjasama dengan pihak luar, padahal 10 ton sampah setiap hari dihasilkan oleh pasar gamping ini, ” imbuhnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)