Tantangan terberat bagi manusia sesungguhnya bukan dialami saat menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan lalu. Tantangan terberat terberat justru akan dialami manusia pada 11 bulan ke depan, setelah bulan Ramadhan. Pada saat itulah, manusia dituntut untuk menjalankan kehidupan sehari-harinya sama dan sebaik saat dirinya menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadhan.
“Pada 11 bulan ke depan inilah, setelah sebulan penuh berpuasa, kehidupan seseorang seharusnya menjadi lebih baik. Ia harus bisa menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Ia juga harus bisa menjadi pribadi yang lebih baik karena menjadi baik tidak seharusnya hanya dilakukan pada bulan Ramadhan,” kata Ketua Pengelola Program MAP UGM, Dr. Agus Pramusinto dalam acara Syawalan Keluarga MAP UGM, Minggu (26/10).
Acara syawalan yang bertujuan untuk memperat tali silaturahmi dan menambah wawasan dan pengetahuan keagamaan, menurut Sukamto selaku Ketua Panitia, diikuti oleh para pengelola program, dosen dan karyawan MAP UGM, beserta seluruh anggota keluarga.
Dalam Hikmah Syawalan, Ustadz Agus Budiantoro, S.IP dari RSU PKU Muhammadiyah Kulonprogo, kembali mengingatkan, momentum halal bil halal atau syawalan yang sesungguhnya berakar dari tradisi dan budaya Jawa, tidak bisa dipisahkan dari perkara-perkara amaliah lain yang telah dilakukan selama bulan Ramadhan, yaitu ibadah puasa, zakat-fitrah, sholat Idul Fitri dan syawalan. Keempat perkara amaliah tersebut saling bertautan dan mengedepankan dua hal utama yang sering luput dari perhatian banyak orang, yaitu tentang hubungan manusia dengan Allah, dan hubungan manusia dengan sesamanya.
Dalam hal ini, setelah sebulan menunaikan ibadah puasa, semestinya manusia mulai membiasakan diri untuk berbuat benar dan menebar kebajikan, dan tidak membenarkan hal-hal yang biasa, yang belum tentu benar. Berbuat benar adalah kebenaran dalam arti yang sesungguhnya. Hal ini di antaranya dapat dilakukan setiap manusia dengan menebar kebaikan dan kebajikan kepada sesama. Utamanya, agar hati menjadi sakinah sehingga hal tersebut dapat memperbaiki hubungan manusia dengan Allah menjadi lebih baik.
“Momentum untuk memperbaiki hubungan kita kepada Allah maupun kepada manusia, ya pada bulan Syawal ini. Caranya, dengan memberi maaf dan senantiasa berlapang dada agar kehidupan yang akan kita jalani menjadi lebih indah dan lebih baik. Jadi, bagaimana kita meramadhankan 11 bulan lainnya seperti bulan Ramadhan, itulah hakekat yang sesungguhnya,” kata Ustadz Agus. (Humas UGM)