Penilaian keadilan dalam organisasi mempunyai dampak pada sikap dan reaksi para karyawan. Para karyawan menghendaki perlakuan adil baik dari sisi distribusi dan prosedur atau disebut sebagai keadilan distributif dan keadilan prosedural.
Apabila mereka menilai bahwa perlakuan yang mereka terima adil maka akan berpengaruh pada dua jenis outcomes, yaitu kepuasan karyawan dan komitmen karyawan. Semakin tinggi mereka mempersepsikan keadilan suatu kebijakan ataupun praktek manajemen akan berdampak pada peningkatan kepuasan karyawan dan komitmen karyawan tersebut.
Demikian dikatakan Heru Kurnianto Tjahjono SE MM, dosen FE Universitas Muhammadiyah Yogyakarta saat ujian terbuka program doktor UGM belum lama ini. Promovendus mempertahankan desertasi “Pengaruh Keadilan Keorganisasian Pada Kepuasan Individu dan Komitmen Keorganisasian Dengan Modal Sosial Sebagai Variabel Moderator” dengan bertindak selaku promotor Prof Dr Djamaludin Ancok dan ko-promotor Prof Dr Faturochman serta Dr Sugiyanto.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sosial berperan memoderasi pengaruh kedua jenis keadilan pada kepuasan dan komitmen karyawan. Mereka yang memiliki modal sosial tinggi cenderung bersikap lebih stabil terhadap derajat keadilan, sedangkan mereka yang memiliki modal sosial rendah cenderung lebih reaktif.
“Dalam situasi ketidakadilan, mereka yang memiliki modal sosial tinggi lebih mampu mengendalikan sikap mereka dibandingkan modal sosial rendah,” papar Heru Tjahjono.
Dalam setting penelitian ini, kata Heru, keadilan distributif dominan dalam mempengaruhi kepuasan individu dibandingkan keadilan prosedural. Hal tersebut disebabkan individu memiliki perhatian dan minat atas lokasi barang dan jasa bagi kesejahteraan mereka. Implikasinya, organisasi perlu mengkaji aspek alokasi tersebut terkait dengan perhatian dan minat karyawan pada penilaian kinerja.
Dikatakan, keadilan prosedural dibandingkan keadilan distributif berpengaruh penting dalam menjelaskan komitmen keorganisasian karyawan, sehingga organisasi perlu secara cermat mengkaji kebijakan formal prosedur berkaitan munculnya kebijakan di dalam organisasi. Hal tersebut bermakna prosedur yang adil menggambarkan kapasitas organisasi yang baik sehingga karyawan akan berkomitmen terhadap organisasi tersebut.
Temuan penting lainnya adalah bahwa reaksi karyawan berkaitan dengan penilaian keadilan merupakan reaksi yang bersifat kompleks melibatkan interaksi keadilan distributif, keadilan prosedural dan modal sosial yang dimiliki individu. Sebagai contoh apabila individu mempersepsikan keadilan distributif rendah dan keadilan prosedural rendah akan terkait dengan level modal sosial yang dimiliki individu tersebut. Individu dengan modal sosial tinggi cenderung bereaksi lebih stabil dibandingkan mereka dengan modal sosial rendah.
“Berkaitan dengan kebijakan dan praktek manajemen perbankan modern, penilaian kinerja masih berperan penting. Temuan menunjukkan bahwa keadilan dalam penilaian kinerja berperan meningkatkan kepuasan dan komitmen karyawan bank. Secara umum penilaian keadilan distributif dan keadilan prosedural penilaian kinerja dinilai adil oleh sebagian karyawan,” tandas Heru, yang dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan dan menjadi doktor ke-1006 yang diluluskan UGM. (Humas UGM)