Yogya, KU
Pengeran Akhisino dan Putri Kiko mengaku sangat terkesan berkunjung ke UGM. Hal tersebut disampaikan Akhisino saat bertemu dengan Rektor UGM Prof Ir Sudjarwadi MEng PhD di ruang rektor, Rabu siang (23/1) di Kampus UGM.
Menurut Sudjarwadi, Akhisino banyak membahas tentang hubungan persahabatan yang sudah dilakukan antara Indonesia dengan Jepang. Kepada Sudjarwadi Akhisino mengaku jika kedatangannya ke UGM kali ini merupakan yang kedua kalinya.
“Beliau mengatakan kunjungan ini untuk keduakalinya ke UGM, pertama dilakukan tahun 1992,” ujar Sudjarwadi kepada wartawan usai menerima kunjungan Akhisino di halaman Balairung UGM.
Sudjarwadi menambahkan, hubungan persahabatan kedua Negara tidak hanya dilakukan antar pemerintah saja tapi juga hubungan secara pribadi.
“Yang membuat terkesan pangeran dan permaisuri, kita sudah melakukan persahabatan dan kerjasama tidak hanya antara pemerintah tapi sifatnya secara pribadi juga dilakukan,” tegasnya.
Dikatakan oleh Sudjarwadi, pertemuan mereka banyak membahas kemajuan budaya, pendidikan dan riset. Akhisino juga menyinggung hasil risetnya tentang burung di Indonesia.
“Dia (Akhisino) mengatakan dirinya hanyalah ilmuwan pinggiran dalam riset tersebut,” ujar Sudjarwadi yang mengakui jika Akhisino sebagai pribadi yang rendah hati.
Selain itu, kata Sudjarwadi, dirinya menceritakan panjang lebar tentang hasil proyek bantuan jepang kepada UGM lewat program Southeast Asian Enggineering Education Development Project tahap pertama akan selesai bulan april 2008. Sedangkan tahap kedua akan segera dimulai.
“Ini merupakan proyeknya jepang yang sangat sukses, membangun network antara Indonesia, Negara Asean dan Jepang” tambahnya.
Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang UGM Hendy yang sempat bertemu dan bertatap langsung dengan pangeran Akhisino mengaku mendapat pertanyaan berat dari putra mahkota Jepang tersebut.
“Saat bersalaman dengan pangeran, giliran saya ditanyain oleh beliau kenapa mahasiswa Indonesia pintar menyanyi dan menari? Saya tidak sempat menjawabnya, karena mo jawab apa saya tidak tahu, untung beliau langsung mengalihkan percakapan dengan paka rektor,” jelas Hendy.
Hendy mengemukakan, pangeran merasa bangga dan senang sekali karena mahasiswa jurusan sastra Jepang UGM sudah lancar dan fasih berbahasa jepang.
“Ketika berkenalan dengan mengenal para mahasiswa, dia senang sekali dan bangga jika kita sudah bisa berbicara dengan bahasa jepang dengan bagus,” kata mahasiswa FIB UGM ini. (Humas UGM/Gusti Grehenson)