Peringatan Hari Kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus menjadi momen untuk mengingat semangat proklamasi dan cita-cita kemerdekaan yang dimiliki para pahlawan bangsa. Peringatan ini juga menjadi momen bagi segenap bangsa Indonesia untuk membulatkan tekad, melanjutkan perjuangan dan cita-cita para pendiri bangsa ini dengan menunjukkan kerja nyata.
“Indonesia memerlukan banyak pemimpin-pekerja yang memimpin dengan bekerja, petarung lapangan yang tidak sekadar duduk di meja. Pemimpin tipe ini, ibarat pohon, letak solusinya bukan pada buahnya, melainkan ada di akar-akarnya, dengan selalu memeriksa sampai kapan dan bagaimana kebijakan dijalankan,” ujar Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, dalam pidato yang dibacakan oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D, dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan, Rabu (17/8) di Gedung Pusat UGM.
Dalam pidato bertemakan Indonesia Kerja Nyata, Sri Sultan mengajak para pemimpin untuk dapat menggerakkan organisasi agar gumregah, menghidupkan cara berpikir kreatif-inovatif, mengambil inisiatif, dan bergerak maju.
“Dengan aparat birokrasi dan politisi yang bijak dan mengabdi, akademisi yang inovatif-cerdas dan berkomitmen, didukung oleh budayawan yang kreatif-progresif, diiringi doa syafaat kaum rohaniawan, diharapkan solidaritas jaringan kerja itu bisa mengantarkan bangsa ini ke seberang jembatan emas menuju Indonesia yang sejahtera dan berkeadilan,” paparnya.
Dalam konteks keistimewaan DIY, ia menjelaskan, semua elemen yang menjadi pilar utama keistimewaan DIY, yaitu Kraton-Kaprajan-Kampus-Kampung, harus saling menguatkan dengan berbagi gagasan dan bersinergi kerja guna melipat gandakan energi dan bergerak cepat menjadi aktor perubahan untuk membangun peradaban unggul dan bermartabat.
Namun, ia menyayangkan semangat proklamasi yang kini menyempit, mengkristal dalam kelompok. Politik identitas suku, daerah, dan agama mudah menguat, membangkitkan radikalisme agama dan primordialisme etnisitas. Karena itu, Sri Sultan pun mengajak segenap masyarakat untuk dapat mensinergikan kemajemukan, menjaga semangat proklamasi agar pekik kemerdekaan yang diteriakkan setiap 17 Agustus mampu membuahkan hasil tercapainya misi menyejahterakan dan mencerdaskan bangsa.
“Marilah kita kembali pada semangat proklamasi yang memiliki jiwa merdeka, keikhlasan berkorban, tekad bersatu dengan kesadaran hidup dalam kebhinekaan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Semoga semangat Proklamasi 1945 tetap di relnya yang benar sesuai tantangan zaman. Sekali merdeka, tetap merdeka!” ujarnya mengakhiri pidato.
Pelepasan Tim Bima Sakti
Upacara Hari Kemerdekaan kali ini juga menjadi ajang bagi tim Bimasakti UGM yang beranggotakan 28 mahasiswa dari Departemen Teknik Mesin dan Industri, Elektronika dan Instrumentasi, Ekonomika dan Bisnis, serta dua orang dosen pembimbing, untuk mengenalkan hasil karya mereka berupa mobil formula Bimasakti generasi 5. Mobil ini akan berlaga di The 14th Student Formula SAE Competition of Japan 2016 pada 6-10 September 2016 di Jepang dengan target memperoleh penghargaan Best improvement award dan masuk dalam jajaran nama-nama tim besar yang diperhitungkan
Dalam kesempatan ini, Rektor UGM meresmikan sekaligus melepas Tim Bimasakti untuk berangkat ke Jepang dengan menyertakan harapan besar dan doa kepada tim agar nantinya bisa memetik prestasi setelah kerja keras yang begitu panjang. Optimisme pun tampak pada setiap anggota tim yang percaya bahwa setelah melakukan riset dan upgrading besar-besaran dalam setahun belakangan, tahun ini mereka akan mampu mengikuti semua event dan menyabet salah satu penghargaan sehingga bisa mengangkat nama UGM di kancah internasional . (Humas UGM/Gloria; Foto: Donnie & Firsto)