Tim mahasiswa Fakultas Teknik UGM berhasil menyabet juara 1 dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional di Universitas Tarumanegara pada 10 Juni 2016 lalu. Gelar juara sukses mereka raih setelah menyisihkan puluhan tim lainnya dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Mereka adalah Dhirta Parera, Kemal Fardianto, dan Yogi Andriyanto. Ketiganya merupakan mahasiswa dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik.
Dhirta mengatakan dalam lomba tersebut peserta diminta untuk mengirimkan karya tulis ilmiah bertema analisis potensi dan masalah High Speed Rail (HSR) Jakarta-Bandung. Selanjutnya, lima karya terbaik dipilih untuk mempresentasikan kara tulisnya di babak final. Lima karya terbaik tersebut berasal dari UGM, ITB, Universitas Tarumanegara, Universitas Atma Jaya, dan Universitas Krida Wacana.
“Di final kami mempresentasikan analisis bahwa ada kemungkinan merugi PT. Kereta Cepat Indonesia China akibat ketidakmampuan memikat konsumen. Kami membandingkan keunggulan dari tiap moda transportasi Jakarta-Bandung yang sudah ada,” ujarnya, Selasa (23/8) di Fakultas Teknik UGM.
Dhirta menjelaskan bahwa mobil masih menjadi pilihan utama moda transportasi perjalananan Jakarta Bandung. Setidaknya, 127.133 perjalanan setiap harinya ditempuh dengan menggunakan mobil pribadi. Diikuti dengan moda transportasi travel atau mini bus yang mengangkut 13.000-14.000 penumpang per hari, bus besar mengangkut kurang dari 1.000 penumpang per hari, dan KA Argo Parahyangan yang mengangkut 2.000-2.500 penumpang setiap harinya.
Sementara untuk menutup nilai investasi proyek HSR sebesar Rp72,5 triliyun, maka minimal jumlah penumpang tiap hari sebanyak 21.134. Jumlah tersebut dinilai kurang realistis untuk dapat tercapai nantinya. Ditambah harga tiket yang mahal yaitu Rp200 ribu menjadikan moda ini sulit untuk menarik minat penumpang.
“Apakah realistis kereta api cepat bisa menarik penumpang dalam jumlah tersebut? Sementara itu melihat karakteristik perjalanan Jakarta-Bandung yang ada akan sulit beralih ke moda HSR ini,” terangnya.
Ditambahkan Dhirta, dari hasil perhitungan nilai investasi yang dilakukan oleh konsorsium BUMN, mereka mendapatkan hasil adanya kemungkinan akan merugi setelah beroperasinya kereta cepat.
Mereka pun menawarkan solusi untuk persoalan HSR ini yakni dengan melakukan pembangunan prasarana akses dan integrasi antar moda. Salah satunya dengan menghubungkan stasiun kereta api cepat dengan transportasi publik dalam kota misalnya bus rapid transit, light rapid transit, dan mass rapid transit. Lalu, traffic demand management pada tol Cipularang.
Disamping itu, menerapkan traffic demand management (TDM) tol Cipularang. Hal ini ditujukan untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi. Adapun TDM yang diusulkan dengan menaikkan tarif mobil pribadi dengan jumlah penumpang kurang dari 4.
“Melalui kebijakan tersebut diperkirakan sedikit banyak memengaruhi pengguna kendaraan pribadi untuk beralih ke moda HSR,” pungkasnya. (Humas UGM/Ika)