Fakultas Ilmu Budaya UGM meluncurkan buku saduran Serat Centhini jilid V-XXII. Peluncuran berlangsung di Auditorium Poerbatjaraka FIB UGM dihadiri Mendiknas RI Prof Dr Bambang Sudibyo MBA, Rektor UGM Prof Ir Sudjarwadi MEng PhD, Wakil Rektor Senior Bidang Pendidikan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Prof Dr Retno Sunarminingsih Sudibyo MSc Apt, Dekan FIB Dr Ida Rochani Adi SU, dosen dan para mahasiswa.
Mendiknas menyambut baik dan memberikan apresiasi tinggi atas penyelenggaraan acara ini. Katanya, peluncuran buku saduran Serat Centhini jilid V-XXII merupakan sebuah karya sastra terbesar yang pernah dimiliki bangsa Indonesia.
“Ini karya sastra yang luar biasa. Sadurannya saja sebuah karya yang luar biasa apalagi karya aslinya,” ujarnya, Senin (22/12).
Mendiknas berharap sisa karya sastra yang belum terselesaikan segera untuk diselesaikan. Serat Centhini jilid V-XXII hanyalah sebagian dari keseluruhan.
“Belum yang jilid I-IV. Sisa ini diharapkan untuk segera diselesaikan supaya menjadi karya yang lengkap. Saya berharap karya ini betul-betul bisa menjadi basis yang luas. Dari sini saya harapkan dihasilkan banyak thesis dan desertasi yang bisa dipublikasikan untuk jurnal internasional,” jelasnya.
Serat Centhini
Serat Centhini adalah karya pujangga Sinuwun PB V (1820-1823) yang hidup di zaman Surakarta awal abad ke-18. Dizaman tersebut lahir banyak pujangga dan pengarang terkenal, seperti Kyai Yosodipura I & II, Sinuwun PB IV, Kyai Sindhusastro, KPA Kusumodilogo, Raden Ngabehi Ronggowarsito dan KGPA Anom (Sinuwun PB V) itu sendiri.
Menurut Budya Pradipta, ada 6 (enam) versi Surat Centhini berbahasa Jawa (dalam tulisan Jawa), Surat Centhini versi Kamajaya yang sudah dilatinkan lengkap 12 jilid dalam bahasa Jawa yang diterbitkan oleh Yayasan Centhini, Yogyakarta.
“Dan ketebalan naskahnya berjumlah 4200 halaman folio atau terbagi menjadi 12 jilid. Kedua belas (12) jilid Serat Centhini sudah disadur ke dalam bahasa Indonesia, jilid 1-4 diterbitkan Balai Pustaka, sedangkan jilid 5-12 diterbitkan UGM, Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Jawa,” papar Budya.
Budya Pradipta adalah pembicara Seminar Nasional “Mengungkap Kolaborasi Isi Surat Centhini” sesaat setelah peluncuran buku saduran tersebut. Dosen Universitas Indonesia tersebut menyampaikan makalah ” Serat Centhini dan Laku Hidup Orang Jawa”.
Kepopuleran Serat Centhini, katanya, dapat dilihat dari kandungan isi teks yang memuat beraneka ragam masalah atau persoalan, seperti sejarah, pendidikan, letak geografi, arsitektur, pengetahuan alam, agama, falsafah, tasawuf, mistik, ramalan, sulapan, ilmu kekebalan tubuh, perlambang, adat istiadat, tata cara dalam budaya Jawa (perkawinan, pindah rumah, meruwat dan lain-lain), etika, ilmu pengetahuan (sifat manusia, dunia flora dan fauna, obat-obatan tradisional, makanan tradisional), seni (seni tari, musik/suara, wayang, pedalangan, karawitan dan lain-lain).
“Bahkan pada ajaran atau perilaku seks oleh orang pada zaman dulu. Karena kadungan isi yang begitu luas dan menyeluruh maka Serat Centhini sering disebut-sebut sebagai Ensiklopedi Kebudayaan Jawa. Karena merujuk isi teks yang hanya membicarakan segala sesuatu yang terjadi di tanah Jawa,” paparnya.
Dikhawatirkan Musnah
Sementara Dekan FIB UGM Dr Ida Rochani SU mengatakan berbagai warisan hasil budaya masing-masing etnik berbentuk naskah tulisan. Jumlah naskah Nusantara (Jawa, Aceh, Melayu, Sumatra Selatan, Sunda, Bali, Lombok, Bugis dan naskah Maluku) hingga kini belum dapat dihitung dengan pasti. Jumlah tersebut mencapai puluhan ribu lebih.
Sebagian naskah, kata dia, telah musnah imakan usia dan musibah sebelum sempat diketahui isi kandungannya. Sebagian lagi, tersimpan di museum dalam dan luar negeri serta sebagai koleksi pribadi.
“Naskah-naskah yang sekarang tersimpan itupun sebagian besar kondisinya sudah rusak karena umurnya yang sudah ratusan tahun lebih. Jika naskah-naskah itu tidak segera dilatinkan, diterjemahkan, disadur, ditransformasikan, dideskripsikan dan dianalisis isinya dikhawatirkan dalam jarak yang tidak lama akan musnah,” ujarnya saat memberi sambutan.
Kata Ida Rochani, naskah-naskah itu memuat warisan budaya tentang mitologi, sejarah, ajaran etika moral, filsafat, religi, hukum, adat istiadat, bahasa, sastra, seni, budaya, sistim ekonomi, astronomi, teknologi, arsitektur, makanan tradisional dan obat tradisional. “Karena kadungannya yang sangat beragam, maka sekarang di setiap perpustakaan atau museum yang menyimpan naskah selalu banyak dikunjungi secara rutin oleh pembaca,” tambahnya.
Diantara puluhan ribu naskah, lanjut Ida, naskah Centhini merupakan naskah yang baik dari ketebalan maupun isi teknya yang memiliki keistimewaan. Ketebalan naskah mencapai 4.200 halaman folio (12 jilid). Jumlah setiap jilid rata-rata 350 halaman.
Melihat jumlah halamannya, naskah Centhini meruapakan naskah yang paling tebal diantara naskah Nusantara yang lain. Bahkan Serat Centhini sudah banyak dikaji baik dalam bentuk makalah, penelitian seperti obat tradisional oleh PPOT UGM, makanan tradisional oleh PKMT UGM, skripsi, thesis maupun desertasi,” lanjutnya.
dalam peluncuran buku yang diselenggarakan Program Studi Sastra Jawa, Jurusan Sastra Nusantara FIB UGM ini, Rektor Prof Sudjarwadi secara simbolis menyerahkan buku saduran Serat Centhini jilid V-XXII kepada Mendiknas Prof Bambang Sudibyo disaksikan ketua tim penulis Prof Dr Marsono SU beserta tim (Humas UGM).