Setelah berjalan selama dua tahun, program kerja sama Pascasarjana S2 Fakultas Biologi UGM dan Departemen Agama (Depag) berhasil meluluskan 26 orang. Salah satu lulusan, Sri Sumarmi, S.Pd., M.Si. yang merupakan guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Ngemplak Sleman berhasil memenangkan Science Education Award (SEA) bidang Lomba Inovasi Guru IPA tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Indonesia Toray Science Foundation (ITSF).
Prestasi tersebut tentu menjadi tolok ukur bahwa program yang dirintis Program S2 Fakultas Biologi UGM dan Depag berjalan dengan baik. Karena keberhasilan ini, memungkinkan bagi UGM untuk menjalin kerja sama dengan departemen-departemen lain yang membutuhkan peningkatan mutu pendidikannya.
“Fakultas Biologi merupakan salah satu dari lima program studi yang ditunjuk oleh UGM menjalin kerja sama dengan Depag dan kita dititipi untuk meningkatkan kualitas MTs, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah,” ujar Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. Pernyataan tersebut disampaikannya saat berlangsung Workshop Evaluasi Pelaksanaan Program Pascasarjana Mahasiswa S2 Kerja Sama UGM-Depag Angkatan I Tahun Akademik 2006/2007, Rabu (4/3) di Auditorium Fakultas Biologi UGM.
Menurut Pengelola Pascasarjana Program Studi Biologi, Fakultas Biologi UGM, kegiatan ini merupakan bentuk evaluasi terhadap kinerja dan proses belajar mengajar Program S2 hasil kerja sama UGM dan Depag. Evaluasi ini meliputi bidang layanan akademik, bidang mutu akademik, dan bidang mutu kualitas para lulusan. Upaya ini diharapkan nantinya mampu meningkatkan kualitas pendidikan.
“Karena mereka mempunyai background rata-rata S1 dari IKIP Kependidikan, sedangkan di UGM unggul di bidang metodologi pengajaran, sementara materi pengajaran mereka sebagian besar masih kurang. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan materi, peningkatan wawasan pola pikir, bagaimana agar pola pikir mereka berubah,” tambah Budi Daryono selaku ketua panitia workshop.
Keberhasilan program mendorong Fakultas Biologi UGM untuk membuka Program S2 Bioscience dalam waktu dekat ini. Program tersebut akan diperuntukkan bagi mereka yang tidak ingin menjadi dosen dan peneliti, tetapi ingin menjadi pendidik di SMA.
Sementara itu, Sri Sumarmi, S.Pd., M.Si. sebagai penerima Award dari Toray Foundation mengatakan Program S2 hasil kerja sama Depag dan UGM menjadi bukti manfaat yang ia dapatkan. Selain sisi keilmuan, ia pun mengalami perubahan cara berpikir. “Semua itu tentu tidak akan saya dapatkan dalam rutinitas sebagai guru MTs,” tutur Sumarmi.
Diakui bahwa dirinya selama ini terjebak dalam budaya rutinitas, yaitu membaca buku hanya seputar materi untuk mengajar. Akibatnya, semakin lama maka semakin sempit wawasan keilmuannya sebagai guru. Karena itu, ia sempat mengalami stress dan tertekan pada saat awal menjalani kuliah. “Betapa tidak, setiap saat mengikuti perkuliahan dalam matrikulasi merasa sebagai guru tak tahu apa-apa. Harus diakui dan dimaklumi karena latar belakang pendidikan S1 dari kependidikan sehingga bekal ilmu murni sangat kurang,” kata Sumarmi. (Humas UGM)