?Hasil penelitian dari perguruan tinggi masih sangat sedikit dimanfaatkan oleh kalangan industri karena kurangnya kerja sama antara universitas-industri. Padahal, jika hasil penelitian dari perguruan tinggi dimanfaatkan industri, setidaknya akan mengurangi jumlah biaya riset yang dikeluarkan industri.
“Selama ini riset perguruan tinggi sangat sedikit dimanfaatkan oleh industri karena kurangnya kerja sama antara universitas dan perguruan tinggi,” kata Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakata (LPPM) UGM, Prof. Dr. Techn. Ir. Danang Parikesit, M.Sc., dalam Workshop dan Mini Expo UGM Hi-Link Project Review, Selasa (4/3) di Hotel Sheraton Yogyakarta.
Danang menuturkan Hi-Link Project merupakan salah satu upaya bentuk kerja sama yang dilakukan oleh UGM, Ditjen Dikti, dan JICA (Japan International Cooperation Agency). Kerja sama dilakukan dalam rangka mempererat hubungan perguruan tinggi untuk bermitra dengan industri. Proyek kerja sama universitas, industri, dan komunitas ini telah berlangsung selama tiga tahun, dimulai tahun 2006 dan akan berakhir Maret 2009. Meski proyek ini telah selesai, UGM akan terus meningkatkan jumlah hasil riset.
Setiap tahun UGM menghasilkan 500 hingga 600 hasil riset. Dengan adanya kenaikan anggaran penelitian di tahun 2009, diupayakan jumlah hasil riset akan meningkat dua kali lipat. Rata-rata jumlah riset yang dihasilkan setiap dosen di UGM baru mencapai 0,4 riset per dosen per tahun. Di tahun 2009 akan ditingkatkan jumlahnya menjadi 0,6 riset setiap dosen per tahun. “Tahun 2012, kita harapkan setiap dosen menghasilkan satu riset setiap tahunnya,” imbuh Danang.
Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) Ditjen Dikti, Prof. Dr. Ir. Suryo Hapsoro. Minimnya kerja sama antara perguruan tinggi dan industri ini disebabkan oleh masih sedikitnya jumlah riset yang mengarah ke bentuk paten dan diakui oleh dunia internasional. Ia memberi gambaran, hasil penelitian dalam bentuk artikel yang sudah masuk publikasi internasional masih sekitar 0,8 artikel per satu juta penduduk. Menurutnya, jumlah ini sangat sedikit dibandingkan dengan Malaysia dan Korea. “Di Malaysia, jumlah artikel publikasi internasional mencapai 2-3 artikel per satu juta penduduk, sedangkan Korea bisa mencapai lebih dari 13 artikel,” ujar Suryo.
Sementara itu, Ketua Tim Hi-Link Project, Prof. Ryuichi Itoy, mengatakan selama tiga tahun kerja sama dengan UGM, sedikitnya 38 proyek penelitian bersama telah dilakukan dan dua penelitian yang bekerja sama dengan beberapa industri di Jepang.
Dalam mini expo UGM Hi-Link Project Review, paling sedikit 25 hasil penelitian yang didanai Hi-link Project dipamerkan. Beberapa di antaranya adalah pemanfaatan umbi ganyong sebagai bioethanol, teknologi pengolahan dan pemanfaatan bambu, sistem ticketing bus, biodigester, dan pemanfaatan zeolit untuk pupuk organik. (Humas UGM/Gusti Grehenson)