• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Banjir Bandang Garut Karena Faktor Alam dan non-Alam

Banjir Bandang Garut Karena Faktor Alam dan non-Alam

  • 27 September 2016, 16:02 WIB
  • Oleh: Agung
  • 9408
Banjir Bandang Garut Karena Faktor Alam dan non alam

Sejumlah pakar dari berbagai bidang ilmu dari Universitas Gadjah Mada berpendapat terjadinya banjir bandang yang melanda Kabupaten Garut, Jawa Barat baru-baru ini bukan hanya akibat faktor alam. Terjadinya bencana juga dikarenakan perubahan tata guna lahan yang tidak sesuai dengan kondisi alamnya.

Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., mengatakan banjir bandang bisa terjadi karena daerah Garut layaknya sebuah mangkok. Kabuten Garut dikelilingi oleh tujuh gunung api, sehingga air bermuara pada suatu titik. Kondisi inipun diperparah dengan DAS Cimanuk yang mengalami pendangkalan.

"Curah hujan yang tinggi, dengan intensitas 255 milimeter, sementara sebelumnya juga  terjadi hujan sehingga tanah mengalami kejenuhan menyerap dan terjadi pendangkalan dan penyumbatan saluran-saluran air," ujar Dwikorita Karnawati, di ruang sidang pimpinan UGM, Senin (27/9).

Rektor mengingatkan fenomena banjir bandang dan longsor di Garut bisa terjadi di daerah-daerah lain di Indonesia. Oleh karena itu, beberapa pihak diminta untuk bersiaga dan mengantisipasi kemungkinan terjadi bencana serupa.

Hasil kajian yang dilakukan UGM dari berbagai bidang ilmu menyimpulkan tejadinya banjir dan tanah longsor di Garut karena faktor alam dan non-alam. Pemerintah, masyarakat dan beberapa pihak untuk selalu siap siaga dengan early warning.

"Tidak harus dengan alat tetapi bisa dengan human sensor atau dalam bahasa jawa sebagai "ilmu titen". Sehingga meski tidak hujan, air sungai menjadi keruh dan muka air naik, sebaiknya mereka yang tingal di pinggir sungai menyingkir," ungkap Rektor.

Sedangkan untuk mid term dan long term, bisa dilakukan peninjauan ulang tata ruang atau tata guna lahan. Selain itu, perlu diperhatikan pula alternatif kehidupan sosial ekonomi masyarakat dalam konteks pemanfaatan lahan.

Prof. Dr. rer.nat. Muh. Aris Marfa’i,  M.Sc, Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerja Sama, Fakultas Geografi UGM mengatakan jika melihat Garut maka tidak lepas dari satu kesatuan yang termasuk ke dalam DAS Cimanuk. Garut yang berada di daerah hulu dari DAS Cimanuk dan dikelilingi beberapa gunung api menjadi pemicu terjadinya banjir longsor dan banjir.

"Fenomena Garut ini seperti mangkok, jika ada curah hujan besar maka seluruh air akan terakumulasi dalam satu aliran sungai," katanya.

Sementara itu, Dr. Eng. Wahyu Wilopo, S.T., M.Eng, pakar geologi UGM, menjelaskan endapan tanah lepas atau lemah dari material vulkanik menjadi pemicu terjadinya longsor. Hal tersebut terjadi karena tingkat erosi yang cukup tinggi sehingga memudahkan terjadinya sedimentasi atau pendangkalan sungai.

"DAS, daerah aliran sungai Garut melampaui batasnya, kondisi ini diperparah dengan longsoran dan pendangkalan sungai sehingga mempercepat banjir bandang," ungkap Wahyu. (Humas UGM/ Agung)

Berita Terkait

  • Kota Semarang Waspadai Banjir Bandang DAS Garang

    Monday,02 January 2012 - 10:43
  • Peneliti UGM: Longsor dan Banjir Bandang Masih Mengancam Manado

    Monday,20 January 2014 - 15:15
  • Peneliti UGM Temukan Banjir Purba Pasca Banjir Bandang Kota Padang

    Monday,13 August 2012 - 10:50
  • Pakar UGM: Banjir Bandang Wasior Bagian Proses Evolusi Bentang Alam

    Sunday,31 October 2010 - 3:53
  • Pakar UGM: Pengelolaan DAS di Pulau Kecil Perlu Diperhatikan

    Friday,09 April 2021 - 16:24

Rilis Berita

  • Memilih Pemimpin Bukan Hanya Bertumpu Pada Popularitas 05 June 2023
    Sosial Research Center (SOREC) Universitas Gadjah Mada dan Rumah Politik Kesejahteraan (RPK) mend
    Agung
  • Kegiatan Pengabdian BEM KM UGM Libatkan Mahasiswa Internasional 05 June 2023
    Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM menyelenggarakan agenda
    Gloria
  • Mahasiswa Fisipol UGM Borong Prestasi di 6 Cabang Lomba dan 2 Kompetisi Nasional 05 June 2023
    Total 10 tim mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM berhasil meraih pengha
    Satria
  • UGM Jaring Kerja Sama Dengan 50 Institusi Pendidikan di The 75th NAFSA Annual Conference and Expo 2023 05 June 2023
    UGM mengembangkan kerja sama bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat (tridarma)
    Ika
  • Mahasiswa Amerika Serikat Belajar Budaya Jawa dan Ajari Santri Gunungkidul Bahasa Inggris 05 June 2023
    Sebanyak 14 mahasiswa dan dua dosen dari Warren Wilson Collage (WWC), Amerika Serikat belajar sen
    Ika

Agenda

  • 06Jun Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Dra. Ratna Susandarini, M.Sc....
  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
  • 06Sep The 5th International Conference on Bioinformatics, Biotechnology, and Biomedical Engineering (BioMIC) 2023...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual