Yogya, KU
Negara-negara di kawasan Asia perlu menerapkan model integrasi regional di bidang pendidikan dan ekonomi seperti yang dilakukan Uni Eropa. Meskipun demikian, diperlukan pemahaman secara mendalam dan lebih baik untuk menjadikan Uni Eropa sebagai model integrasi regional di segala bidang. Pendapat tersebut disampaikan dosen Jurusan Hubungan Internasional Fisipol UGM, Dr. Muhadi Sugiono, M.A., di sela-sela penutupan Konferensi Internasional “Hubungan Indonesia-Uni Eropa Terkini”, Selasa malam (17/3), di University Club (UC) UGM.
Menurut ketua penyelenggara konferensi ini, diperlukan pengembangan pemahaman untuk menjadikan Eropa sebagai model integrasi regional. “Selama ini kita punya asumsi yang salah tentang bagaimana Uni Eropa. Entah dalam politik, ekonomi, dan sebagainya,” ujarnya. Perkembangan Uni Eropa tidak dapat ditiru sepenuhnya. “Apabila kita melihat Uni Eropa dengan cara yang salah, cara kita meniru pun juga salah,” imbuhnya.
Konferensi dilaksanakan selama dua hari, yakni 15-17 Maret 2009, di Sekolah Pascasarjana UGM. Materi yang dibahas salah satunya adalah isu aktual dan kajian tentang perkembangan Eropa. Sedikitnya 35 makalah dipresentasikan dalam konferensi yang diikuti 150 peserta ini. Peserta berasal dari 17 perguruan tinggi di Indonesia dan dua universitas di India dan Republik Ceko.
Dikatakan oleh Muhadi Sugiono bahwa di bidang pendidikan, sistem yang diterapkan di Uni Eropa sangat bervariasi, sama seperti Asia. Ada upaya untuk mengembangkan pendidikan agar dapat sesuai satu sama lain. Tujuannya adalah supaya mahasiswa di kawasan Uni Eropa dapat menikmati keuntungan dari integrasi pendidikan itu. “Dari integrasi pendidikan ini, mahasiswa dari tiap negara bisa pindah ke berbagai negara yang lainnya,” ujarnya.
Menurut Muhadi Sugiono, konsep ini sangat menguntungkan jika diterapkan di Asia. Hanya saja, untuk saat ini negara-negara di Asia masih memiliki ego yang sangat tinggi. “Mahasiswa Indonesia mau ke Malaysia sulit karena belum ada sistem yang membuat mereka bisa terbantukan,” jelasnya.
Di bidang ekonomi, Uni Eropa melakukan integrasi dengan membuka diri masing-masing. Dengan begitu, di antara mereka dapat saling mengisi dan memanfaatkan keunggulan masing-masing. “Di ASEAN, kita belum bisa seperti itu. Misalnya Indonesia, banyak berhubungan dagang di luar ASEAN. Singapura melakukan hal yang sama, artinya kita tidak menempatkan negara-negara di kawasan ASEAN sebagai kelompok regional sangat penting,” kata Muhadi Sugiono.
Acara malam penutupan tersebut dihadiri Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Julia Wilson, dan Dirjen Hubungan Amerika-Eropa-Departemen Luar Negeri RI, Retno Marsudi. Dalam pidato sambutannya, Wakil Rektor Senior Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat (WRS P3M) UGM, Prof. Dr. Retno S. Sudibyo, M.Sc. Apt., berharap perguruan tinggi di negara-negara Uni Eropa dapat melakukan kolaborasi dengan UGM.
Diakui WRS P3M, UGM saat ini lebih fokus mengembangkan program pendidikan pascasarjana, di samping program pendidikan tingkat sarjana yang sudah berjalan cukup baik. “Seluruh Mahasiswa UGM berjumlah sekitar 50 ribu orang, berasal dari 33 provinsi dan 51 negara di seluruh dunia,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)