Keluarga memiliki peranan penting dalam proses pembentukan kesehatan mental anak. Direktur Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah mada (UGM), Dr. Diana Setiyawati M.HSc., Psy., mengatakan bahwa pola komunikasi dan interaksi yang dijalankan dalam keluarga memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan dan pembentukan kesehatan mental anak. Pola orang tua dalam menghadapi dan menyelesaikan persoalan diturunkan pada anak melalui modelling.
Misalnya, anak-anak yang mempunyai orang tua pencemas, memiliki kecenderungan sifat serupa dengan orang tuanya. Mereka akan cenderung mudah cemas dan tegang dalam menghadapi berbagai hal. Demikian halnya pada anak-anak yang tumbuh dengan orang tua agresif, cenderung menunjukkan sikap agresif dalam berinteraksi.
“Cara-cara keluarga dalam mengekspresikan dan mengomunikasikan sesuatu bisa membentuk kesehatan atau justru kesakitan mental anak,” terangnya Rabu (5/10) di Fakultas Psikologi UGM.
Diana menyampaikan keluarga dapat menjadi pelindung bagi kesehatan anak. Namun begitu, keluarga juga bisa menjadi pemicu munculnya gangguan kesehatan anak. Misalnya saja pada anak-anak disabilitas, keluarga yang tidak utuh karena perceraian, dan kehilangan figur ayah.
“Keluarga bisa menjadi faktor protektif, namun juga pemicu munculnya gangguan mental,” ujarnya.
Pengasuhan Seimbang
Diana mengatakan dalam keluarga ayah dan ibu memiliki peran penting dalam pengasuhan anak. Pasalnya, keduanya akan menghasilkan efek yang sama pada perilaku anak. Ketika peran ayah dalam keluarga hilang, maka bisa mengembangkan psikopatologi. Anak-anak yang kehilangan sosok ayah sangat rentan menjadi korban maupun pelaku kekerasan seksual.
“Sudah sepatutnya ayah dan ibu bekerja sama dalam pengasuhan anak karena keduanya memiliki peran yang sama dalam membesarkan anak,” paparnya.
Menurutnya, anak-anak harus dididik dalam keseimbangan. Dari ayah, anak-anak akan belajar tentang kekuatan dan juga pengalaman yang lebih luas. Sedangkan dari ibu, anak-anak dapat belajar tentang kelembutan dan hal-hal yang detail.
“Kehadiran ayah dan ibu penting untuk perkembangan kesehatan mental anak. Selain itu, juga bisa menyeimbangkan dominasi dalam pengasuhan,” jelasnya.
Terkait bagaimana pola interaksi dan komunikasi keluarga yang sehat secara mental akan didiskusikan secara mendalam dalam talkshow “Ketika Rumah Tak Lagi Nyaman”, Sabtu (8/10) di Fakultas Psikologi UGM. Acara akan menghadirkan Prof. Noor. R. Hadjam, pakar postif parenting, Prof Subandi, pakar psikologi klinis dan budaya, Prof Sofia Retnowati, pakar kesehatan mental, serta Agus Sugianto, aktivis kesehatan mental yang juga mantan korban pemasungan. (Humas UGM/Ika)