Situasi politik, sosial, budaya, dan tata arsitektur sangat berpengaruh terhadap perubahan penyikapan serta parktik-praktik penggunaan ruang untuk pementasan pertunjukan. Demikian halnya yang terjadi di Inggris, penggunaan ruang menjadi semakin beragam sehingga menampilkan seni pertunjukan yang berbeda dari pertunjukan-pertunjukan konvesional.
“Pergeseran penggunaan ruang dalam pementasan pertunjukan didorong oleh adanya kebutuhan sosial dan isu politik pada saat itu, seperti perjuangan dalam menuntut hak-hak warga negara dan protes melawan perang Vietnam. Selain itu, juga sebagai salah satu bentuk reaksi perlawanan penetapan teater dan dominasi dari masyarakat kelas menengah. Baik artis maupun pendiri teater berusaha keluar dari budaya elitis dengan menggunakan jalan sebagai ruang yang populis,” kata Dr. Juliet Rufford, staf pengajar Theatre Studies, University of Reading, Selasa (14/4) di Auditorium Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM saat memberikan kuliah umum “Western Performance Paradigm”.
Diceritakan oleh wanita yang mendalami kajian teater ini, pada awalnya pertunjukan di Inggris hanya diadakan di musoleum. Namun, seiring dengan perkembangan kondisi politik dan sosial budaya, pertunjukan mulai dipentaskan di luar musoleum. Tempat spesifik seperti jalan juga digunakan sebagai tempat pementasan dalam praktik pertunjukan kontemporer British. Terdapat argumen bahwa pertunjukan yang dilakukan di tempat-tempat khusus mampu menyampaikan hal yang unik, baik pada tempat maupun kominitas yang digunakan.
Terkait dengan tempat pementasan, Rufford mengatakan dalam mengembangkan bentuk dan tempat pertunjukan tidak hanya mempertimbangkan pelaku pementasan, tetapi juga harus memperhatikan audiens. Salah satu alasan yang dipertimbangkan adalah apakah tempat yang dipakai dapat menarik minat penonton atau tidak.
Dituturkannya, pertimbangan penggunaan tempat spesifik bukan sekedar untuk menyuarakan sesuatu yang bersifat politis. “Pertimbangan penggunaan tempat tersebut juga memberikan pengertian baru pada audiens tentang format, waktu, dan diharapkan bisa mengusik kesadaran akan fenomena sosial di masyarakat,” jelas Rufford. (Humas/Ika)