Tim Mino Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menjadi juara dalam kompetisi dunia inovasi ketahanan pangan Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) pada 26-29 Oktober 2016 di Kamboja. Predikat juara pertama diraih usai menyisihkan 200 tim lain dari berbagai negara di dunia.
Tim Mino yang beranggotakan Muhammad Nabil Satria Faradis dan Fajar Sidik Abdullah dari Teknik Mesin serta Untari Febrian Ramadhani dari FEB sukses memenangkan kompetisi dengan mengusung teknologi MINO Microbubbles. Mereka berhasil menyisihkan tim dari Kamboja dan Malaysia di babak final.
“Sangat bangga bisa mengharumkan nama UGM di kancah internasional,” katan Untari, Senin (31/10).
Untari menyampaikan dalam kompetisi yang diselenggarakan USAID dan YSEALI ini seluruh peserta ditantang untuk mencari solusi teknologi dalam mengatasi persoalan di bidang pertanian, akuakultur dan perikanan. Para finalis yang dinyatakan lolos melaju ke tahap final diberikan kesempatan mengikuti pelatihan boot camp di Singapura selama satu bulan di bulan Juli lalu. Tidak hanya itu, mereka mendapatkan bimbingan dari perusahaan raksas di bidang teknologi yakni Cisco dan Intel untuk pengembangan solusi lebih jauh. Selanjutnya, di final mempresentasikan solusi berbasis teknologi yang dikembangkan di Pertemuan Para Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Atas kemenangan tersebut, Tim Mino UGM diberikan kesempatan untuk melakukan kunjungan studi ke Austin, Texas salah satu pusat teknologi di Amerika Serikat pada bulan Maret 2017 mendatang.
Microbubble Generator
Untari menjelaskan bahwa teknologi microbubble generator dikembangkan untuk mendorong produksi budidaya ikan. Teknologi ini mampu meningkatkan jumlah oksigen terlarut dalam air yang dapat mempercepat pertumbuhan ikan.
Dari hasil uji yang mereka lakukan terbukti pengaplikasian teknologi ini dapat meningkatkan kualitas air. Tidak hanya itu, melalui teknologi ini dapat menyalurkan oksigen dalam kolam secara maksimal. Dengan kualitas air yang semakin baik akan mendukung pertumbuhan ikan dalam kolam.
“Ikan yang dihasilkan pun lebih berat dan masa panen lebih singkat dari rata-rata yang biasanya 2 kali menjadi 3 kali panen dan meningkatkan berat serta panjang ikan hingga 30 persen,” paparnya.
Riset pengembangan teknologi microbubble generator didukung pendanaannya oleh Universitas Gadjah Mada, Program Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT) – Kemenristek Dikti, MP3EI, hingga dukungan dari M Foundation milik Jendral Moeldoko. Riset dilakukan dibawah bimbingan Dr. Deendarlianto.
Kesuksesan tim ini tidak lepas dari dukungan berbagi pihak antara lain Wiratni S.T., M.T., Ph.D., Prof Rustadi, Laboratorium Teknologi Pangan dan Bioproses, Laboratorium Akuakultur, Laboratorium Hama dan Penyakit, Laboratorium Mekanika Fluida, Departemen Teknik Mesin dan Industri, Departemen Manajemen, Departemen Perikanan, dan Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada. Bekerjasama dengan berbagai mitra petani ikan lokal, Balai Benih Ikan – BBI Cangkringan, Yogyakarta, Indonesia dan Group of Fish Farmers “Mino Ngremboko” di Bokesan.
Teknologi yang dikembangkan Utari dan kawan-kawan mendapatkan sambutan positif dari USAID. Salah satunya oleh Kuasa Usaha Ad-Interim Kedubes AS, Brian McFeeters. Menurutnya, para inovator muda dari UGM telah menemukan teknologi pengolahan air yang canggih sehingga akan membantu para peternak ikan nila mendapatkan hasil panen yang lebih baik. Inovasi tersebut akan membantu meningkatkan pendapatan dan ketahanan pangan. (Humas UGM/Ika)