Menempati Hall A dan Hall B Atrium Centro, Plaza Ambarukmo Lantai 2, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UGM menggelar pameran arsitektur bertajuk “Good Design Good Life”. Pameran yang menampilkan beragam karya mahasiswa Arsitektur UGM angkatan 2006 ini diadakan dalam rangka merespon pertumbuhan Kota Yogyakarta yang kian urban.
Setiap hari, pameran menyajikan drawing, models, animation, dan presentasi. Selain itu, pameran yang didukung oleh Plaza Ambarukmo, Hunter Douglas, FuturArc, dan BCIasia ini juga diisi dengan acara Forum Interaktif yang menampilkan beberapa tokoh perancang.
Pameran dibuka oleh Walikota Yogyakarta, Drs. Herry Zudianto, Akt., Rabu (27/5), dan akan berlangsung hingga Sabtu (30/5). Sebagian besar karya yang ditampilkan banyak memperlihatkan berbagai spekulasi masa depan Kota Yogyakarta, terkait dengan keberadaan taman kota sebagai akupuntur urban.
Karya-karya yang dipamerkan, antara lain, menggambarkan proyeksi Pasar Terban di masa depan sebagai taman intelektual. Demikian juga dengan penataan Jalan Mangkubumi sebagai Mangkubumi Park dan Sudirman Park.
“Ini media untuk mengomunikasikan bahwa karya arsitektur bukan sekadar rumah tinggal, bangunan-bangunan, melainkan pula menyediakan fasilitas untuk masyarakat luas, berupa taman juga,” kata Alyas Abibawa, Kamis (28/5), di Plaza Ambarukmo, Yogyakarta.
Selaku ketua penyelenggara pameran, ia menjelaskan bila karya-karya tersebut merupakan bentuk riset yang dilakukan mahasiswa. Inspirasi rancangan gambar dan maket yang dipamerkan diperoleh setelah mereka melakukan lawatan dalam rangka Kuliah Kerja Arsitektur ke Singapura pada Agustus 2008.
“Jadi, setelah melihat Kota Singapura itu seperti apa, maka karya-karya pameran ini merupakan tindak lanjut dari lawatan itu. Bagaimana di Singapura setiap orang dengan mudah mendapatkan tempat santai dan ber-jogging track,” ujarnya.
Ditambahkan Alyas, karya-karya yang ditampilkan lebih banyak menggambarkan penataan Pasar Terban. Terban dinilai sebagai lokasi yang sangat ideal karena berdekatan dengan UGM, UII, SMA Negeri 6, dan SMP Negeri 8. Pemerintah Kota Yogyakarta juga memiliki visi untuk menata lokasi tersebut, yakni mentransformasikannya menjadi Taman Kota Terban sehingga menjadi ruang terbuka bagi masyarakat umum.
“Jogjakarta sebagai representasi kota pelajar. Namun, sampai kini belum juga memiliki library gardening. Setelah sukses membangun Taman Pintar Jogja, mestinya untuk pelajar dan mahasiswa perlu fasilitas semacam itu,” tuturnya.
Dari karya yang telah disampaikan kepada Walikota Yogyakarta dan dipamerkan, Alyas mengatakan ada tiga hal terkait dengan redesign Pasar Terban sebagai taman kota. Di Terban nantinya akan terdapat perpustakaan (library), penghijauan, dan ruang santai.
Taman Terban dirancang sebagai upaya untuk menciptakan ruang terbuka bagi publik dan alternatif wisata. Taman ini diharapkan pula dapat menjadi oase hijau di tengah Kota Yogyakarta. Tempat ini berada di zona strategis, area intelektual, yang merupakan intervensi positif terhadap kondisi eksisting yang hilang (lost space).
“Tentunya butuh waktu panjang untuk mewujudkannya serta studi kelayakan karena di Pasar Terban yang memiliki luas kurang lebih empat hektar ini terdapat banyak pedagang dan lain-lain. Dengan begitu, maka karya-karya ini sesungguhnya hanyalah masukan untuk Pemkot Jogja,” jelasnya. (Humas UGM)