Bertempat di Ruang Balai Senat, pada hari Senin, 29 November 2004, UGM mengadakan seminar yang digagas oleh Majelis Guru Besar UGM, dengan mengangkat topik “Revitalisasi Nilai-nilai Luhur Universitas Gadjah Mada”.
Selaku Ketua Panitia Seminar, Prof. Dr. Hardjono Sastrohamidjojo dan Ketua Majelis Guru Besar UGM Prof. Dr. Ir. Boma Wikan Tyoso, M.Sc. Dalam sambutan pembukaan, Wakil Rektor Senior Bidang Administrasi Prof. Dr. Marwan Asri, MBA mengatakan, Universitas Gadjah Mada tidak cukup hanya dikenal sebagai universitas terbaik, terbesar dan tertua di negeri ini. Lebih dari itu, kalau menengok kembali masa lalu ketika Universitas ini didirikan, cita-cita utama para founding fathers UGM adalah menghasilkan sarjana yang akan menjadi tulang punggung pembangunan negara melalui sebuah proses pendidikan yang selalu menggunakan Pancasila sebagai dasar, serta sebuah universitas yang selalu mengutamakan kerakyatan dalam segala tindak tanduknya.
“Dalam perjalanannya banyak tentangan yang dihadapi oleh Universitas ini. Perubahan lingkungan lokal, regional, maupun global, menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya erosi pada komitmen kita pada nilai-nilai tersebut. Pancasila dikhawatirkan hanya menjadi sesuatu yang tanpa makna, yang cukup untuk diketahui atau bahkan hanya dihafalkan saja. Proses pendidikan dikhawatirkan bergeser sedemikian rupa, sehingga tidak lebih dari sebuah industri seperti laiknya industri manufaktur yang lain, sehingga alumni yang dihasilkan oleh Universitas ini tidak lebih dari robot-robot nurani,” ungkap Marwan Asri.
Dikatakannya, kemajuan teknologi yang demikian pesat mungkin saja mengakibatkan kita menjadi terpesona dan selalu berusaha untuk tidak ketinggalan. Kita berupaya sekuat tenaga untuk mengadopsi teknologi yang selalu disodorkan didepan mata kita, apabila kita tidak ingin ketinggalan. “Kenyataan inilah yang mengkhawatirkan. Nafsu kita untuk selalu mengikuti perkembangan jaman, jangan- jangan membuat kita lengah, dan pelan-pelan membuat kita menjadi “lupa” akan nilai-nilai luhur yang ditekankan oleh para pendahulu kita,” ujarnya.
Menurutnya, perkembangan terakhir yang perlu diwaspadai, dan sebenarnya cukup memprihatinkan adalah isu dimasukkannya liberalisasi pendidikan dalam agenda GATS/WTO. “Pendidkan dipandang sebagai tidak berbeda dengan komoditi lain yang proses produksinya dapat dilakukan oleh siapa saja, dimana saja. Secara tersirat, output dari proses pendidikan dipandang tidak lebih sebagai sebuah benda mati tanpa hati nurani. Universitas Gadjah Mada menyadari bahwa pandangan itu tidak benar. Pendidkan tidak dapat disamakan dengan komoditi lain. Pendidikan mempunyai kekhususan, baik dalam input, proses, maupun output. Didalam proses merubah input menjadi output, ada sebuah variable yang tidak dapat dilupakan, yaitu values. Penanaman values inilah yang tidak dapat dilakukan begitu saja, oleh siapa saja. Ini hanya dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan yang selalu teguh memegang komitmennya pada nilai-nilai luhur,” tegas Marwan.
Untuk itu, menurut pak Marwan, peran sebagai dosen, apalagi sebagai guru besar dengan segala atributnya yang dapat menjadikan panutan, sangatlah besar dan menentukan. Kita dituntut untuk memiliki kemampuan dan kerifan ke dua arah. Kita tidak menutup mata akan perlunya pengembangan diri agar tidak tertinggal dari perkembangan lingkungan kita. Kita tidak mau kalah berlari dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Tetapi disisi lain, tidak boleh lupa bahwa kita terlibat dalam sebuah proses transformasi anak bangsa Kita dititipi untuk menghasilkan anak-anak bangsa yang yang bermoral dan selalu menjunjung tinggi etika.
Seminar ini dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama menghadirkan pembicara antara lain: Prof. Dr. Koento Wibisono Siswomihardjo, “Pancasila sebagai Nilai Dasar UGM”; Prof. Ir. Hardjoso Prodjopangarso, “Nilai-nilai Luhur Universitas Gadjah Mada”; Prof. Drs. H. Soempono Djojowadono, “Makna Universitas Kerakyatan”. Sedangkan pada sesi kedua sebagai pembicara: Prof. Dr. Sartono Kartodirjo, “Universitas Perjuangan Menghadapi Tantangan Globalisasi”; Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri, S.H., “Mengabdikan Nilai-nilai UGM melalui Pengerahan Tenaga Mahasiswa”; dan Prof. Dr. Teuku Jacob, M.S., MD., “Pemikiran Prof. Sardjito tentang tugas dan fungsi UGM sebagai lembaga pendidikan tinggi”.
Para peserta seminar antara lain: anggota MGB, anggota MWA, anggota SA, anggota DA, Pimpinan Universitas, Dekan, Wakil Dosen, Wakil Mahasiswa, dan Wakil Karyawan.
(Humas UGM)