Suasana berkabung kembali menyelimuti Keluarga Besar UGM. Seorang guru besar terbaiknya, Prof. Drs. M. Ramlan meninggal dunia pada hari Senin, 28 April 2008 sekitar pukul 01.45.
Almarhum Prof. Ramlan adalah guru besar FIB UGM, meninggal dalam usia 80 tahun. Jenazah almarhum dimakamkan pada hari Senin, tanggal 28 April 2008 pukul 13.00 di makam keluarga UGM Sawitsari, Yogyakarta. Sebelum itu, jenazah disemayamkan di Balairung, untuk mendapat penghormatan terakhir dari keluarga besar UGM.
Para pimpinan universitas, fakultas, kolega, teman sejawat, karyawan dan mahasiswa melepas kepergian almarhum ke peristirahatan terakhir, Sawitsari. Ungkapan duka mendalam keluarga besar UGM disampaikan Ketua Majelis Guru Besar UGM, Prof. Drs. Suryo Guritno, M.Stat., Ph.D. Dikatakannya, almarhum Prof. Muhammad Ramlan adalah salah satu pakar Tata Bahasa Indonesia.
“Saat pidato pengukuhannya tanggal 19 September 1979, almarhum Prof Ramlan pernah mengatakan tentang arti penting kaidah ketatabahasaan. Bahwa tatabahasa mungkin berubah, atau bahkan mungkin diubah seiring dengan proses perkembangan bahasa itu sendiri,†kenang Prof. Suryo, Senin (28/4) saat memberi sambutan pelepasan jenazah di Balairung.
Dari situ, kata Prof Suryo, almarhum berharap agar para ahli tata bahas Indonesia tekun melakukan mengumpulkan data untuk menyusun kaidah ketatabahasaan dalam rangka pembakuan bahasa Indonesia di segala bidang. Terlebih di bidang ketatabahasaan, karena dengan jalan seperti itu tata bahasa Indonesia yang modern, lengkap dapat tersusun dan terwujud.
“Oleh karena itu, semoga sumbangsih, keteladanan dan keluhuran budi almarhum, dapat menjadi contoh bagi generasi penerusnya, sehingga perkembangan keilmuannya menjadi berkelanjutan,†harap Prof Suryo.
Almarhum Prof Muhammad Ramlan, lahir di Solo, 10 Maret 1928. Selain pernah menjabat sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Sastra dan Pedagogik UGM tahun 1968-1969, almarhum pernah pula menjabat sebagai Kepala Balai Penelitian Bahasa Yogyakarta dan Pengelola Program Studi Linguistik S2/S3 UGM. Almarhum meninggalkan tiga orang putra Adi Santoso, Adi Wibowo dan Adi Utarini, dari pernikahannya dengan (Almh) Harni. (Humas UGM)