Komitmen dan kepedulian bersama perlu karena Millenium Development Goals (MDGs) sebagai pembaharuan komitmen terhadap pengentasan kemiskinan dan meningkatkan kualitas manusia akan ditindaklanjuti dengan mengadakan ‘ranking statistik’ (seperti HDI) setiap negara mengenai kemajuan dalam mencapai target MDGs memerlukan kerjasama dari berbagai komponen penting dalam masyarakat, seperti perguruan tinggi dan para sivitas akademika. Demikian dikatakan Prof. Dr. Saparinah Sadli dalam Pidato Penerima Anugerah Hamengku Buwono IX Tahun 2004 berjudul “Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/ MDGs) Perspektif Jender” di Auditorium Grha Sabha Pramana UGM, 20 Desember 2004.
“Peran perguruan tinggi penting karena merupakan rumah dari pakar dalam berbagai bidang ilmu dan sesuai misinya dapat menyumbang secara substansial pada upaya pencapaian target MDGs melalui kegiatan pengajaran, penelitian dan dalam menerapkan ilmunya untuk keprluan masyarakat,” ungkap Prof. Saparinah.
Menurutnya, peran perguruan tinggi mencapai target MDGs juga penting karena diperlukan inovasi, kreativitas serta pendekatan multidisipliner dalam memikirkan kembali kebijakan pembangunan yang dapat mengintegrasikan perpektif jender dalam mencapai target Tujuan Pembangunan Milenium. “Perlu sumbangan fikiran konseptual apakah Tujuan Pembangunan Milenium sebagai pembaharuan komitmen terhadap pengentasan kemiskinan harus didasarkan pada paradigma yang berbeda. Seperti tidak hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi tetapi juga mengkaji kembali faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pembangunan yang terfokus pada manusia dan berwawasan jender (people centered development with a gender perspective),” jelasnya.
Prof. Saparinah juga berharap bahwa sivitas akademika dapat menyumbang pada pergeseran paradigma yang dibutuhkan. Karena meskipun promosi tentang pembangunan yang terpusat pada manusia bukan sesuatu yang baru, tetapi MDGs sebagai pembaharuan komitmen terhadap mencapai tujuan tersebut perlu memasukkan faktor baru. Adalah perwujudan kesetaraan jender untuk dapat mencapai peningkatan kualitas manusia, perempuan dan laki-laki, dan mengembangkan nilai-nilai yang manusiawi.
Di bagian akhir orasinya Prof Saparinah mengungkap bahwa untuk mencapai target yang telah ditetapkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium tidak mudah sehingga sumbangan gagasan dan kepedulian sivitas akademika sangat diharapkan. Perguruan tinggi sebagai instansi pembaharu juga mempunyai peran strategis mempromosikan kesetaraan jender dengan tersedianya sumber daya perempuan dan laki-laki dari berbagai latar belakang disiplin ilmu dan keahlian. “Suatu tantangan memang bagi seluruh sivitas akademika mengingat lingkungan perguruan tinggi masih cenderung bersikap androsentrik, ialah lebih mementingkan pendekatan yang positivistik dan yang dapay memenuhi kepentingan laki-laki. Mudah-mudahan tantangan mencapai target MDGs justru menjadi pembuka mata seluruh sivitas akademika tidak mau mengurangi sikap androsentrik dan membuka diri pada pendekatan pembangunan yang berperspektif jender sebagai bentuk komitmen dan kepedulian terhadap ikut meningkatkan kualitas laki-laki dan perempuan Indonesia,” tutur Prof Saparinah.
(Humas UGM)