• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Hutan Bakau Memperpanjang Masa Pakai Pemecah Gelombang

Hutan Bakau Memperpanjang Masa Pakai Pemecah Gelombang

  • 24 Januari 2017, 11:56 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 4979
Hutan Bakau Bisa Memperpanjang Masa Pakai Pemecah Gelombang

Pembangunan pemecah gelombang harus diikuti dengan penanaman bakau sehingga fungsi perlindungan pantai lebih optimal. Pasalnya, erosi pantai berpotensi menggerus bagian bawah bangunan pemecah gelombang yang telah dikonstruksi. Gerusan ini akan mengurangi masa pakai bangunan pemecah gelombang sehingga diperlukan sinergi antar instansi dan masyarakat dalam merehabilitasi pantai.

Hal itu dikemukan mahasiswa program doktor prodi Ilmu Lingkungan Sekolah Pasacasarjana, Aji Ali Akbar, S.Hut, M.Si., dalam ujian terbuka promosi doktor di ruang seminar Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, Selasa (24/1). Disertasi Ali mengangkat penelitian mengenai fenomena erosi pantai, ekosistem hutan bakau, dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem pesisir di Kalimantan Barat.

Penelitian yang dilakukan di dua wilayah kabupaten pesisir di Kalimantan Barat, yakni Kabupaten Bengkayang dan Menpawah. Lokasi penelitian dilakukan di 15 desa pantai yang mengalami erosi pantai dengan luas wilayah bervariasi. Penelitian Ali mengungkapkan ada 6 aktifitas masyarakat yang menyebabkan terjadinya erosi pantai dan kerusakan ekosistem hutan bakau. Aktivitas masyarakat tersebut adalah pembuatan jalan dan permukiman di daerah pesisir, perkebunan kelapa dan pengolahan kopra, pengolahan teri, perluasan tambak udang intensif, penambangan pasir pantai, dan pembangunan bangunan pemecah gelombang.

Kerusakan eksositem hutan bakau dan erosi pantai ini, menurut Ali Akbar, karena dari hasil survei diketahui hanya sekitar 2 persen responden merasakan manfaat ekonomi ekosistem hutan bakau. “Artinya, hampir seluruh masyarakat pesisir atau 98% tidak menganggap eksosistem hutan bakau  memberikan manfaat ekonomi langsung terhadap kehidupan mereka,” ujarnya.

Persepsi masyarakat tersebut terhadap ekosistem hutan bakau mengakibatkan alih fungsi lahan pesisir menjadi pertanian perkebunan dan pertambakan. Selain aktifitas masyarakat,  konstruksi bangunan pemecah gelombang yang seharusnya melindungi pantai, memberi ruang dan waktu bagi pertumbuhan vegetasi bakau serta memberi rasa aman dan nyaman bagi masyarakat. Namun, kenyataannya pembangunan  pemecah gelombang yang bersifat segmentasi dan temporal semakin memicu peningkatan laju abrasi. “Perlindungan pantai yang lebih mengutamakan prioritas pendekatan konstruksi pemecah gelombang daripada pendekatan rehabilitasi ekositem hutan bakau menyebabkan upaya perlindungan tersebut tidak optimal,” terangnya.

Menurutnya, diperlukan persamaan prioritas yang bersinergi sehingga tujuan rehabilitasi pantai tersebut tercapai. Menurutnya, dari hasil penelitian ini keberhasilan eksositem hutan bakau merehabilitasi diri ternyata turut memperpanjang masa pakai bangunan pemecah gelombang bahkan menjaga ekosistem rantai makanan perikanan pantai dan laut di Kalimantan Barat. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Cegah Abrasi, Mahasiswa UGM Tanam 4 Ribu Bibit Mangrove

    Monday,16 March 2015 - 15:11
  • Populasi Kerang Bakau di Segara Anakan Terancam Punah

    Saturday,07 November 2015 - 13:26
  • Hutan Bakau Segara Anakan Rusak Rugikan Nelayan

    Monday,21 September 2020 - 14:44
  • Pelabuhan Tanjung Adikarto dan Pulau Baai Mengalami Sedimentasi Parah

    Monday,07 October 2019 - 11:27
  • Teliti Dinamika Kelandaian Pantai, Dosen UNRAM Raih Doktor

    Saturday,29 September 2012 - 17:31

Rilis Berita

  • Tim Magister Kenotariatan FH UGM Juara 2 PNF 2023 24 March 2023
    Tim Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada memperoleh juara 2 pada Padjadja
    Agung
  • Fenomena Cuaca Ekstrem di Indonesia Cenderung Meningkat 24 March 2023
    Dosen Laboratorium Hidrologi dan Klimatologi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM, Dr. Andung Bayu S
    Gusti
  • Karate UGM Juara Umum 3 SEMAR CUP XII 24 March 2023
    Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) Karate INKAI UGM berhasil menyabet gelar Juara Umum 3 dalam Interna
    Ika
  • PUSTRAL UGM Gelar Webinar Penerapan Digital Supply Network di Indonesia 24 March 2023
    Dalam perkembangannya, Supply chain management mulai berevolusi, dari segme
    Agung
  • Dukung Eliminasi Tuberkulosis, ZTBY Aktif Lakukan Skrining di Masyarakat 24 March 2023
    Hari Tubrekulosis diperingati pada 24 Maret setiap tahunnya. Ironisnya, dalam peringatan tahun in
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual