Pada hari Kamis, 6 Januari 2005 di ruang Wakil Rektor Bidang Penelitian telah dilakukan penandatangan kontrak kerjasama antara staf pengajar UGM dengan Wakil Rektor Bidang Penelitian. Kontrak kerjasama ini dimonitoring Lembaga Penelitian UGM. Selain dihadiri Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Prof. Dr. Retno Sunarminingsih, M.Sc, Apt, hadir pula Ketua Lembaga Penelitian/ Asisten Wakil Rektor bid. Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Dr.-Techn. Ir. Danang Parikesit, M.Sc dan para pemenang yaitu Prof. Dr. Sri Rahardjo (FTP), Dr. Ika Dewi Ana, Ph.D (FKG), Dr. Ir. Eni Harmayani (FTP).
Menurut, Prof. Retno Sunarminingsih penelitian ini mengenai penelitian inovatif UGM.. Ketiga penandatangan tersebut adalah pemenang seleksi pengaju penelitian di UGM. “Sebenarnya ini merupakan usaha kinerja UGM untuk meningkatkan kinerja peneliti untuk bisa bersifat inovatif dalam research. Selain itu, sekaligus hasilnya nanti diharapkan lebih inovatif, jadi hasilnya bisa dipatenkan,” ungkap bu Retno.
Sedangkan Prof. Dr. Sri Rahardjo, mengungkapkan bahwa penelitiannya mengenai antioksidan pangan. Selama 3-4 tahun terakhir ini penelitian diarahkan lebih spesifik untuk mencegah foto oksidasi pada produk pangan. Karena kerusakan-kerusakan pada produk pangan yang disebabkan oksidasi bisa memunculkan aroma makanan yang rusak atau tengik, dan tentunya membuat konsumen kurang menyukai. Sehingga arah penelitian diharapkan dapat mengendalikan kerusakan aroma atau bau agar bisa dihambat. Penelitian ini diharapkan dapat selesai selama 10 bulan kedepan dan layak dipatenkan sehingga dunia industri tertarik dengan temuan ini.
“Selain itu dengan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat juga untuk industri pangan. Khususnya pada produk-produk olahan yang tahan lama dalam penyimpanan sampai berbulan-bulan. Sehingga kerusakan akibat oksidasi dapat dicegah. Jenis produk bermacam-macam seperti susu formula, minyak goreng, atau biji-bijian. Sedangkan tepung atau gula tepung apabila dicegah kerusakannya mungkin bisa bermanfaat untuk manusia agar tidak rusak, ujarnya.
Sementara itu, kata Dr. Ika Dewi Ana, Ph.D, selama 5 tahun terakhir ini yang banyak dipelajari adalah mengenai perubahan molekul suatu bahan menjadi bahan lain yang dapat digunakan untuk pergantian tulang atau rekonstruksi jaringan. Hal tersebut dikarenakan rekonstruksi jaringan sampai saat ini masih memiliki keterbatasan. Jika diambil dari pasien akan riskan terjadinya infeksi dan tidak bisa luas mengambil jaringan penggantinya, misalnya tulang, kulit dll. Kemudian kalau mengambil dari orang lain, juga ada keterbatasan misalnya reaksi imunologis yang tidak cocok. Lalu beberapa hal yang membatasi antara kebutuhan dengan keperluan pergantian jaringan itu tidak seimbang. Oleh karena itu, riset-riset terakhir ini kemudian diarahkan untuk membuat suatu bahan pengganti jaringan yang sintetis.
“Selain itu, setahun yang lalu saya juga telah melakukan pra peneltian untuk mengangkat potensi di Indonesia, khususnya DIY, seperti gunung kapur, gypsum dan mineral-mineral lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk rekonstruksi jaringan. Akan tetapi untuk sampai kesana memerlukan beberapa step atau beberapa pengujian sampai sebelum 1 bulan kedepan. Diharapkan dengan metodologi atau hal-hal baru ini, dapat dipatenkan untuk mendukung UGM sebagai Research University,” ujar Dr. Ika Dewi.
Ditambahkan Dr. Ir. Eni Harmayani, penelitian yang dilakukannya untuk mengembangkan makanan fungsional yang mengandung bakteri probiotik di pasaran seperti Yakult. Bakteri yang ada dalam Yakult adalah bakteri baik. Namun selama ini di Indonesia belum ada ada bakteri-bakeri lokal yang bagus yang bisa ditambahkan pada pangan yang berfungsi sebagai probiotik yang dikomersialkan.
“Dengan ini kami menyeleksi dari makanan tradisional yang memiliki bakteri yang bagus yang fungsinya untuk meningkatkan kesehatan terutama juga plusnya untuk menurunkan kolesterol. Makanan tradisional tersebut adalah Dedih yang merupakan makanan fermentasi tradisional dari Sumatra Barat. Dedih tersebut terbuat dari susu kerbau yang dimasukkan ke dalam bambu yang masih segar kemudian didiamkan. Kemudian bakteri tersebut akan memproses susu menjadi menggumpal seperti keju karena aktivitas bakteri. Hal tersebut sudah diisolasi beberapa tahun lalu mulai tahun 2000. Dan sampai saat ini sudah sampai pada tahap finishing dan hasil produknya seperti evervessence dengan bentuk tablet,” jelasnya.
(Humas UGM)