Beberapa pekan terakhir ini, UGM berupaya keras membantu meringankan beban masyarakat Aceh yang ditimpa musibah gempa dan tsunami. Sebagaimana diungkapkan Rektor UGM Prof Sofian Effendi menyitir pendapat Collin Powell dan Koffi Anand (Sekjen PBB), Bencana alam Tsunami merupakan bencana yang paling hebat yang telah ia saksikan. Karenanya untuk merehabilitasi kondisi Aceh, UGM mencanangkan program aksi untuk masyarakat Aceh, yang diberi nama “Aceh Bangkit”. Demikian diungkapkan Rektor saat pers confrence penerimaan kedatangan tim relawan medis tahap I tanggal 11 Januari 2005 bertempat di Ruang Sidang Pimpinan UGM.
Kata Pak sofian, program untuk memulihkan masyarakat Aceh dari bencana alam ini mencakup 4 bidang. (i) Bidang kesehatan. UGM sejak tanggal 28 Desember 2004 atau 3 hari setelah bencana, mengirimkan Tim Kesehatan sukarela berangkat ke Meulaboh. “Dengan idealisme dan semangat keberanian mereka telah berangkat dan sudah melaksanakan tugas selama 2 minggu. Saat ini tim medis tersebut telah diganti oleh Tim Medis tahap II. Tampaknya kegiatan dalam bidang kesehatan ini boleh dikatakan jangka pendek. Pengiriman Tim medis ini untuk memberikan pelayanan pengobatan kepada masyarakat, akan terus berlanjut selama 2 tahun atau 3 tahun kedepan”, ujar Pak Sofian.
(ii) Bidang Rehabilitasi Pemukiman dan Sanitasi Lingkungan. Program rehabilitasi rumah dan sanitasi lingkungan ini di arahkan, guna membantu masyarakat di Pantai Barat Aceh. Didaerah tersebut diketahui, banyak sekali masyarakat yang kehilangan rumah. “Maka disana nanti akan dibangun dan dikembangkan rumah darurat. Dari Arsitektur FT UGM telah mengembangkan beberapa model rumah sederhana dan merelokasi penduduk yang lebih aman dari serangan Tsunami untuk waktu-waktu yang akan datang. Konsep pemukiman tersebut disesuaikan dengan konsep masyarakat Aceh. Seperti perumahan RSS yang ada di perumahan Sudimoro. Langkah awal akan dibangun suatu pemukiman 100 rumah untuk 100 keluarga di Meulaboh,” ungkap Prof. Sofian.
(iii) Bidang Managemen Bencana. Bidang ini kata Pak Sofian akan memberikan pengetahuan kepada pemerintah daerah dan masyarakat setempat tentang apa tanda-tanda akan terjadi, seperti tsunami saat ini. “Akan diberikan pula pengetahuan serta langkah-langkah dan tindakan yang dilakukan supaya korbannya tidak banyak seperti kejadian sekarang ini. Karena sepertinya masyarakat tidak well-prepare untuk mengahadapi ancaman bahaya itu”, lanjut Pak Sofian.
(iv) Bidang Rehabilitasi Pendidikan. Pendidikan disana tidak hanya pendidikan tinggi, tetapi juga pendidikan dasar, menengah dan menengah atas. “Sampai sekarang ini, UGM telah mendapat informasi bahwa ribuan mahasiswa Syah Kuala dan IAIN Araniri menjadi korban Tsunami. Kemudian dari informasi humas Universitas Syah Kuala, tercatat kira-kira 160 dosennya hilang karena Tsunami. Untuk itu, UGM bersama universitas atau Perguruan tinggi swasta lain ingin membantu Universitas Syah Kuala, sekolah menengah dan sekolah dasar supaya proses pendidikan di Aceh tidak terhenti karena bencana ini. Tapi tentu saja berdasar pada pengalaman dan kemampuan UGM, maka akan memusatkan diri pada rehabilitasi Pendidikan Tinggi. Sedang untuk pendidikan yang lain akan ditangani oleh orang yang sesuai ahlinya untuk menanganinya,” tutur Prof. Sofian.
Hal lain yang juga disampaikan Pak sofian adalah, bahwa beberapa waktu yang lalu 304 mahasiswa Aceh di UGM telah dibantu program pendidikannya supaya tidak terputus. Upaya UGM adalah dengan menyediakan pembebasan uang kuliah dan juga pemberian beasiswa untuk biaya hidup. Saat ini sudah ada sponsor-sponsor yang akan membiayai, dan juga ditawarkan juga kepada para dosen-dosen di UGM untuk menjadi anak angkat atau ibu angkat bagi mahasiswa Aceh,” kata Prof. Sofian.
Kemudian yang ke (v) Relawan-relawan mahasiswa. Relawan-relawan ini adalah mahasiswa-mahasiswa UGM yang akan diberangkatkan ke Aceh untuk mendukung kekempat bidang tersebut.
Itulah rencana-rencana UGM meringankan beban derita masyarakat Aceh. Sebagaimana diungka Pak Sofian, rencana UGM yang sangat besar dan tentu saja harus bekerjasama dengan pihak Pemerintah Daerah, LSM, Dinas-dinas pemerintah di Yogya maupun di Aceh dan juga dengan Pemerintah pusat. “Kalau seluruh program ini berjalan tentu saja membutuhkan biaya. Biayanya berkisar antara 500-600 miliar dan tentu saja UGM sudah punya ancangan darimana biaya tersebut akan didapat,” tegasnya.
Hadir dalam jumpa pers Sekretaris Eksekutif UGM Dr. Agus Sartono, MBA, Dekan Fakultas Kedokteran Umum UGM Prof. Dr. Hardyanto Soebono SpTHT, Ketua Tim Medis I dr. Hendro Wartatmo, SpB, Byron J Good PhD dan Mary Jo Delvecchio Gooo Ph.D dari Harvard Medical School, AS.
(Humas UGM)