• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Inovasi Teknologi
  • Peneliti UGM Mengembangkan Mikroalga Strain Lokal Sebagai Bioenergi

Peneliti UGM Mengembangkan Mikroalga Strain Lokal Sebagai Bioenergi

  • 14 Februari 2017, 09:45 WIB
  • Oleh: Ika
  • 12524
Peneliti UGM Kembangkan Mikroalga Strain Lokal Sebagai Bioenergi
Peneliti UGM Kembangkan Mikroalga Strain Lokal Sebagai Bioenergi
Peneliti UGM Kembangkan Mikroalga Strain Lokal Sebagai Bioenergi
Peneliti UGM Kembangkan Mikroalga Strain Lokal Sebagai Bioenergi
Peneliti UGM Kembangkan Mikroalga Strain Lokal Sebagai Bioenergi
Peneliti UGM Kembangkan Mikroalga Strain Lokal Sebagai Bioenergi
Peneliti UGM Kembangkan Mikroalga Strain Lokal Sebagai Bioenergi
Peneliti UGM Kembangkan Mikroalga Strain Lokal Sebagai Bioenergi
Peneliti UGM Kembangkan Mikroalga Strain Lokal Sebagai Bioenergi

Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan mikroalga strain lokal. Strain tersebut memiliki potensi besar yang digunakan sebagai sumber bioenergi. 

Adalah Dr. Eko Agus Suyono,M.App.Sc., yang berhasil mengembangkan mikroalga strain lokal yakni Tetraselmis spp. dan konsorsium mikroalga strain Glagah. Sejak tahun 2004 silam, dosen di Fakultas Biologi UGM ini telah mengembangkan kultur dan rekayasa mikroalga dari strain-strain lokal.

Eko mengungkapkan penelitiannya bermula dari keprihatinannya terhadap semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia. Sementara itu, kebutuhan energi nasional terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Melihat kenyataan tersebut, Eko berupaya mencari alternatif solusi untuk mengatasi krisis energi di Indonesia. Dia melihat adanya potensi besar mikroalga sebagai sumber bioenergi. Selain itu, keberadaan mikroalga yang cukup berlimpah di Indonesia ternyata belum dimanfaatkan secara optimal.

“Indonesia memiliki potensi besar untuk mikroalga karena sebagian besar wilayah sekitar 70 persen berupa laut. Sementara keanekaragaman mikroalga di Indonesia sangat besar untuk dikembangkan menjadi bioenergi, diantaranya Tetraselmis spp. dan konsorsium mikroalga strain Glagah,” urai Eko, Senin (13/2) di Fakultas Biologi UGM.

Eko menyampaikan awal meneliti mikroalga menggunakan isolat impor. Pasalnya, saat itu di Indonesia belum banyak yang menyediakan isolat lokal dan kebanyakan didatangkan dari Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang.

"Saya pun coba untuk mencari mikroalga strain lokal,"katanya.

Setelah itu, dia pun mulai menggunakan isolat lokal yang sudah dikembangkan di Indonesia yaitu Tetraselmis sp. strain Ancol dan  beberapa strain lokal lainnya. Hasilnya, dari single strain tersebut dan fermentasi memakai Saccharomyces cerevisiae mampu menghasilkan bioetanol. Melalui inkubasi selama 48 jam dapat diproduksi 0,36 g etanol/g biomassa. Hasil tersebut setara dengan hasil bioetanol tertinggi yang pernah dilaporkan dalam publikasi penelitian di Korea.

Meskipun terbukti mampu menghasilkan bioetanol, namun kultivasi mikroalga tersebut  belum dapat menghasilkan biomassa dalam jumlah cukup besar untuk memproduksi bahan bakar nabati yang memadai. Lalu, Eko mulai meneliti kembali dengan menggunakan multiple strain mikroalga. Hasilnya, lebih baik dibanding dengan single strain, tetapi tetap belum bisa menghasilkan biomassa yang besar.

Eko pun terus meneliti dan mengembangkan isolat mikroalga lokal yang berhasil dia isolasi dari pantai Glagah, Kulon Progo, DIY yang dinamai konsorsium strain Glagah. Dia lalu mencoba menggunakan konsorsium atau kumpulan mikroalga strain Glagah tersebut, yang ternyata bersimbiosis dengan bakteri untuk bahan baku biodisel.

Konsorsium mikroalga itu tersusun atas 6 spesies mikroalga Cyclotella polymorpha, Cylindrospermopsis raciborskii, Golenkinia radiata,  Syracosphaera  pirus,  Corethron  criophilum  dan  Chlamydomonas  sp. Sedangkan bakteri penyusun konsorsium mikroalga tersebut terdiri dari genus Corynebacterium, Bacillus, Pediococcus, dan Staphylococcus.

"Hasilnya jauh lebih baik dibanding menggunakan single strain maupun multiple strain mikroalga. Bisa dihasilkan biomassa dalam jumlah lebih besar," papar pria yang kini menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat, Kerja Sama dan Alumni Fakultas Biologi ini.

Dalam pengembangannya, Eko menggunakan sistem biorefinary. Dengan sistem itu, tidak hanya menghasilkan biodisel, tetapi produk lain seperti obat-obatan dan kosmetik, makanan, pakan dan senyawa aktif lain.

"Melalui sistem bioefinery ini bisa menekan biaya produksi biodisel sampai tiga kali lipat lebih murah," urainya.

Menurutnya, mikroalga dapat digunakan sebagai bahan baku untuk bahan bakar nabati. Penggunaan spesies ini pun tidak bersaing dengan tanaman pangan dan tidak mengurangi luas lahan tanaman pangan. Selain  itu, masa panen mikroalga lebih singkat dibandingkan tanaman pangan lainnya. Mikroalga bisa dipanen di usia 3-21 hari.

"Ke depan perlu dilakukan berbagai penelitian lebih mendalam agar mikroalga lokal dengan bakteri simbion ini bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif terbarukan untuk mengatasi krisis energi nasional,"pungkasnya. (Humas UGM/Ika)

Berita Terkait

  • Kembangkan Mikroalga Sebagai Sumber Bioenergi, Eko Agus Suyono Raih Doktor

    Saturday,13 December 2014 - 14:51
  • Mahasiswa UGM Wakili Asia Tenggara di Kompetisi Riset Internasional

    Thursday,23 January 2014 - 12:38
  • Peneliti UGM Kembangkan Mikroalga untuk Bahan Bakar Biojet

    Monday,05 October 2020 - 16:58
  • ALMINO, Teknologi Pemacu Produksi Mikroalga Sebagai Sumber Bioenergi

    Tuesday,25 July 2017 - 10:21
  • PSE UGM Jadi Pusat Unggulan Iptek Energi Terbarukan Berbasis Mikroalga

    Friday,07 August 2020 - 16:22

Rilis Berita

  • Memilih Pemimpin Bukan Hanya Bertumpu Pada Popularitas 05 June 2023
    Sosial Research Center (SOREC) Universitas Gadjah Mada dan Rumah Politik Kesejahteraan (RPK) mend
    Agung
  • Kegiatan Pengabdian BEM KM UGM Libatkan Mahasiswa Internasional 05 June 2023
    Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM menyelenggarakan agenda
    Gloria
  • Mahasiswa Fisipol UGM Borong Prestasi di 6 Cabang Lomba dan 2 Kompetisi Nasional 05 June 2023
    Total 10 tim mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM berhasil meraih pengha
    Satria
  • UGM Jaring Kerja Sama Dengan 50 Institusi Pendidikan di The 75th NAFSA Annual Conference and Expo 2023 05 June 2023
    UGM mengembangkan kerja sama bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat (tridarma)
    Ika
  • Mahasiswa Amerika Serikat Belajar Budaya Jawa dan Ajari Santri Gunungkidul Bahasa Inggris 05 June 2023
    Sebanyak 14 mahasiswa dan dua dosen dari Warren Wilson Collage (WWC), Amerika Serikat belajar sen
    Ika

Agenda

  • 06Jun Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Dra. Ratna Susandarini, M.Sc....
  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
  • 06Sep The 5th International Conference on Bioinformatics, Biotechnology, and Biomedical Engineering (BioMIC) 2023...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual