• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Persoalan Buruh Migran Belum Menjadi Perhatian di ASEAN

Persoalan Buruh Migran Belum Menjadi Perhatian di ASEAN

  • 06 Maret 2017, 08:17 WIB
  • Oleh: Gloria
  • 8075
Persoalan Buruh Migran Belum Menjadi Perhatian di ASEAN

Negara-negara Asia Tenggara berkontribusi terhadap 18,8 juta jumlah tenaga kerja migran pada tahun 2013, dengan 6,5 juta di antaranya bergerak di dalam wilayah ASEAN. Meski jumlah ini semakin meningkat, isu buruh migran tetap menjadi isu klasik yang sampai saat ini belum mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah nasional maupun ASEAN sebagai organisasi kawasan.

“ASEAN belum menunjukkan komitmen terhadap kepentingan buruh migran. Persoalan buruh migran belum masuk dalam regulasi ASEAN dan yang diatur selama ini hanya pekerja white collar,” ujar dosen Jurusan Sosiologi UGM Dana Hasibuan, M.A. dalam kegiatan Bincang ASEAN, Jumat (3/3) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) UGM.

Kegiatan ini merupakan acara diskusi rutin dua mingguan yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian ASEAN untuk mendiseminasi topik-topik terkait ASEAN dan membawa ASEAN lebih dekat kepada masyarakat. Dalam diskusi kali ini, Bincang ASEAN mengangkat tema “Migration-Development Nexus: Buruh Migran Indonesia dan Masyarakat Ekonomi ASEAN.”

Dalam diskusi kali ini, Dana mengulas kembali hasil penelitian yang pernah ia lakukan beberapa waktu yang lalu di Wonosobo dan Lombok Timur, dua daerah yang paling banyak berkontribusi terhadap jumlah buruh migran di Indonesia. Ia mengajak para peserta diskusi untuk memahami isu buruh migran dari perspektif yang berbeda. Persoalan buruh migran, termasuk di antaranya masalah tenaga kerja ilegal dan kekerasan yang mereka alami menunjukkan akar masalah sesungguhnya yang terjadi dalam sistem pembangunan.

“Bicara tentang buruh migran bukan hanya bicara mengenai aspek keluarga dan aspek ekonomi. Kita juga perlu berbicara tentang pembangunan politik lokal, nasional, dan global,” jelasnya.

Dana menjelaskan tenaga kerja ilegal memang lebih rentan menjadi korban kekerasan karena mereka tidak memiliki jaring pengaman yang dapat melindungi mereka dari perlakuan yang tidak semestinya. Meski demikian, banyak warga desa yang tetap memilih untuk menjadi buruh migran secara ilegal demi mengumpulkan penghasilan yang lebih besar.

“Banyak yang tetap memilih ilegal karena gajinya lebih besar, tidak dipotong-potong lagi oleh perusahaan. Memang ada alasan yang lain, tetapi sejauh yang kami tangkap itu menjadi salah satu alasan mereka,” kata Dana.

Kondisi pembangunan di desa mereka yang relatif rendah, lanjut Dana, membuat para buruh migran khususnya para perempuan tidak memiliki kemampuan untuk menyuarakan hak politik mereka selama mereka bekerja. Pada akhirnya, situasi ini membuat mereka terbiasa dengan risiko sosial dan kerentanan yang timbul dari sistem yang ada.

“Selama di daerah mereka tidak pernah belajar untuk bernegosiasi dengan negara untuk memperjuangkan pelayanan publik. Bagaimana mereka kemudian bisa mengadvokasi diri mereka untuk memperoleh hal-hak mereka yang lain?” ucap Dana.

Karena itu, ia pun mengajak para akademisi, komunitas, serta pembuat kebijakan untuk dapat mengadvokasi dan mengampanyekan program atau gerakan perlindungan buruh migran karena kepentingan mereka patut mendapat perhatian baik dari pemerintah maupun masyarakat.

“Persoalan ini menyangkut isu pembangunan di Indonesia dan Malaysia. Dengan adanya aktivitas politik yang mulai muncul di kalangan para buruh migran dan dukungan dari masyarakat, saya optimis ini akan memberikan harapan bagi masa depan buruh migran,” pungkasnya. (Humas UGM/Gloria)

Berita Terkait

  • Migrant CARE Apresiasi Hasil KTT ASEAN Soal Perlindungan Buruh Migran

    Friday,17 November 2017 - 5:01
  • Transformasi Masyarakat Jawa di Pantai Barat Semenanjung Malaya

    Monday,14 July 2014 - 12:05
  • Besarnya Ketergantungan Industri Kelapa Sawit Malaysia terhadap Buruh Migran Asal Bugis

    Wednesday,20 August 2008 - 17:39
  • Upaya Pemberdayaan Buruh Migran

    Tuesday,26 September 2017 - 12:52
  • Menjabat Ketua ASEAN, Indonesia Harus Optimalkan Peran

    Wednesday,11 May 2011 - 7:29

Rilis Berita

  • Penulis UGM Raih Gelar Penulis Terproduktif Kedua Versi The Conversation 25 March 2023
    Penulis The Conversation Universitas Gadjah Mada berhasil mendapatkan predikat penulis
    Satria
  • Mengenali Dampak Penggunaan Obat Pada Kulit 24 March 2023
    Meningkatnya penggunaan obat-obatan, baik karena pengobatan sendiri (self-medication), polifarmas
    Ika
  • Tim Magister Kenotariatan FH UGM Juara 2 PNF 2023 24 March 2023
    Tim Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada memperoleh juara 2 pada Padjadja
    Agung
  • Fenomena Cuaca Ekstrem di Indonesia Cenderung Meningkat 24 March 2023
    Dosen Laboratorium Hidrologi dan Klimatologi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM, Dr. Andung Bayu S
    Gusti
  • Karate UGM Juara Umum 3 SEMAR CUP XII 24 March 2023
    Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) Karate INKAI UGM berhasil menyabet gelar Juara Umum 3 dalam Interna
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual