Setelah sukses menyelenggarakan ajang kompetisi dan pameran bertajuk Sociopreneur Muda Indonesia (SOPREMA) 2016, Pusat Kajian Kepemudaan atau Youth Studies Centre (Yousure) FISIPOL UGM kembali mengadakan ajang serupa di tahun ini. Diselenggarakan untuk kali yang kedua, SOPREMA 2017 menjadi wujud upaya UGM dalam menangkap peluang untuk menumbuhkan potensi-potensi inovasi dari kalangan pemuda.
“Ini merupakan realisasi dari gagasan besar universitas yang berkarakter socio-enterpreneurship. Yang membedakan dari program kewirausahaan lain, kami poinnya adalah pada upaya untuk mendorong anak muda, mahasiswa, untuk tidak hanya menjadi wirausahawan mandiri tapi juga pada saat yang sama memiliki kepedulian untuk menyelesaikan persoalan sosial,” ujar Dekan FISIPOL, Dr. Erwan Agus Purwanto, M.Si., dalam konferensi pers yang diadakan Selasa (21/3) di kampus FISIPOL UGM.
Program ini sendiri bertujuan untuk memberikan kontribusi pemecahan masalah sosial melaui wirausaha sosial, membuka luas kesempatan, mendorong pemuda seluruh Indonesia untuk bertukar pengalaman aktifitas menggiatkan ekonomi masyarakat. Pemuda ditantang untuk menciptakan model usaha dengan melihat masalah sosial sebagai peluang memberdayakan masyarakat.
Kepeduliaan dari generasi muda terhadap isu sosial, menurut Erwan, menjadi hal yang penting mengingat tantangan besar yang harus dihadapi di masa mendatang dengan persoalan sosial yang semakin kompleks. Persoalan kesenjangan sosial yang semakin besar, lanjutnya, menuntut upaya penyelesaian yang tepat dan efektif.
“Di dunia sedang terjadi gelombang disparitas yaitu yang kaya tidak memedulikan yang miskin dan yang miskin jadi semakin kesulitan. Agar hal ini tidak berujung pada munculnya konflik sosial, anak muda harus mampu berkontribusi untuk memecahkan persoalan tersebut,” paparnya.
Selain itu, Erwan juga mengangkat isu terkait pergeseran masyarakat ke dalam era digital yang memberikan tantangan tersendiri bagi angkatan kerja saat ini. Profesi yang sekarang ini aman suatu saat bisa jadi terancam karena digantikan oleh artificial intelligent. Hal ini, menurutnya, menantang anak muda untuk bisa beradaptasi dengan perubahan.
“SOPREMA mendorong anak muda untuk bisa berimajinasi dan berinovasi merancang model usaha yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. Saya harap ke depan akan muncul inovator yang bisa membayangkan apa yang terjadi 20 atau 25 tahun mendatang dan mampu menghadapi persoalan-persoalan yang belum ada hari ini,” terang Erwan.
Senada dengan hal tersebut, Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., menyampaikan bahwa ajang ini menjadi wujud dari semangat UGM sebagai universitas kerakyatan yang berupaya untuk membangun desa yang pintar dan tangguh berbasis riset serta menjembatani kesenjangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan.
“SOPREMA terbuka tidak hanya untuk generasi muda di kota tapi juga dari daerah-daerah lain. Karena itu, SOPREMA dapat menjadi jembatan dan mempercepat upaya UGM untuk membentuk karakter generasi muda yang produktif,” paparnya.
Penyelenggaraan SOPREMA 2017 dimulai dengan proses registrasi yang akan berlangsung pada 15 Maret – 31 Mei 2017. Berbeda dari kompetisi pada tahun sebelumnya, kali ini panitia SOPREMA melakukan diversifikasi peserta ke dalam 2 kelas, yaitu kelas kick-off untuk usaha berusia antara 0-1 tahun, serta kelas start-up untuk usaha berusia antara 1-3 tahun. Pendaftaran dibuka bagi tim beranggotakan maksimal 3 orang pemuda dengan rentang usia 16 hingga 30 tahun dari seluruh provinsi di Indonesia yang akan memperebutkan total hadiah sebesar 300 juta rupiah.
Guna mencapai tujuan yang ditetapkan, kompetisi SOPREMA 2017 menghadirkan tiga paket kegiatan, yaitu Daring SOPREMA atau sosialisasi sociopreneur melalui pembelajaran online, Kompetisi Dua Jalur untuk kategori pemula dan kategori rintisan, serta Win the Challenge, yakni pertautan wirausaha sosial rintisan dengan akses pasar dan atau permodalan. Informasi lebih lanjut mengenai program ini dapat diperoleh dengan mengunjungi laman http://SOPREMA.fisipol.ugm.ac.id/ (Humas UGM/Gloria)