Ekosistem terumbu karang di sekitar Pulai Kri, Raja Ampat, Papua Barat, mengalami kerusakan besar akibat kandasnya kapal pesiar mewah Inggris MV Caledonian Sky belum lama ini. Kandasnya kapal ini menyebabkan kerusakan terumbu karang hingga 13.533 m2.
Ketua Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) yang juga Dekan Fakultas Biologi UGM, Dr. Budi S. Daryono, meminta pemerintah mengambil langkah serius menangani kerusakan ekosistem terumbu karang di Raja Ampat ini. Pasalnya, kerusakan tersebut telah menjadi bencana dan tragedi ekologi maritim nasional.
“Kompensasi ganti rugi yang direkomendasikan untuk diajukan kepada Nobel Celedonia sebesar USS 1,28-1,92 juta merupakan jumlah yang jauh dari cukup untuk mengganti kerusakan tersebut. Nobel Celedonia wajib merestorasi kembali terumbu karang yang rusak hingga pulih kembali fungsinya,” paparnya usai Rakornas KOBI di Purwokerto, 20-21 Maret kemarin.
Melihat kondisi tersebut KOBI meminta pemerintah untuk mengambil langkah serius menangani kerusakan ekosistem terumbu karang di Raja Ampat ini. Pasalnya, kerusakan ini telah menjadi bencana dan tragedi ekologi maritim nasional.
Terdapat beberapa hal yang mendesak untuk segera dilakukan oleh pemerintah, seperti membentuk tim adhoc untuk menangani permasalahan kerusakan terumbu karang tersebut. Tim yang beranggotakan ahli-ahli di bidang konservasi sumber daya alam hayati dari seluruh Indonesia diharapkan dapat mempermudah dan memfasilitasi upaya restorasi.
“Pemerintah perlu membentuk tim adhoc untuk mempermudah upaya restorasi sebagaimana amanat PP No. 28 Tahun 2011 tentang Pegelolaan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam,” terang Budi.
Kepulauan Raja Ampat menjadi habitat dari 537 jenis karang dan menyumbang 75 persen jenis terumbu karang di dunia. Ekosistem terumbu karang di wilayah ini memiliki peran ekologis yang penting bagi habitat perairan dan manfaatnya bagi manusia.
“Terumbu karang merupakan makhluk hidup yang perkembangbiakannya sangat lambat, perlu setidaknya 20 tahun untuk tumbuh menjadi sebuah ekosistem,” jelasnya.
Kejadian rusaknya terumbu karang di Raja Ampat ini, disebutkan Budi, tidak hanya terkait dengan kedaulatan kemaritiman dan konservasi sumber daya hayati Indonesia saja. Peristiwa ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pembelajaran berharga bagi Indonesia.
“Peristiwa ini sebagai pelajaran pahit bangsa Indonesia. Harapannya, kedepan tidak akan terulang kembali kejadian serupa,” pungkasnya. (Humas UGM/Ika)