Berkomitmen memerangi penyakit demam berdarah dengue, Yayasan Tahija terus memberikan bantuan pendanaan untuk penelitian yang dilakukan Eliminate Dengue Project (EDP). Bahkan, komitmen memerangi penyakit demam berdarah dengue telah diperlihatkan Yayasan ini sejak tahun 2004.
“Itu awal keterlibatan kami ketika pengembangan penelitian memberantas deman berdarah dengue masih dengan cara membunuh jentik dengan kimia di bak-bak penampungan air. Namun, program ini tidak berhasil”, kata Dr. Sjakon Tahija, di Yayasan Tahija, Kompleks Ruko Permai Monjali, Yogyakarta, Jumat (7/4).
Meski telah mengeluarkan dana 5 juta dollar dan gagal, keseriusan Yayasan Tahija dalam memberantas demam berdarah dengue terus berlanjut. Yayasan ini bahkan menerima tawaran peneliti dari Australia dalam pemberantasan deman berdarah dengue dengan bakteri alami Wolbachia.
“Saya tertarik dengan itu dan saya pun sempat ke Queensland, Australia untuk melihat langsung penelitian dan dampak dari nyamuk Wolbachia untuk memberantas penyakit demam berdarah dengue,” terangnya.
Menurut Sjakon Tahija, pencegahan penyakit dengan nyamuk Wolbachia memberi harapan baru. Dengan cara ini, katanya, nyamuk Wolbachia secara efektif mampu mencegah berkembangnya penyakit demam berdarah dengue.
Sebagai bentuk komitmen, Yayasan Tahija saat ini terus memberikan dana untuk pengembangan penelitian demam berdarah dengue dengan nyamuk aedes aegypti ber-Wolbachia, terutama di Yogyakarta. Sementara itu, pengendalian demam berdarah dengue dengan bakteri alami Wolbachia di Australia, Vietnam, Brazil, Kolombia dan India didanai oleh Bill & Melinda Gates Foundation.
Sjakon menambahkan kontribusi Yayasan Tahija untuk kepentingan kemanusiaan ini diperkirakan hingga tahun 2019. Setidaknya, ketika hasil penelitian yang dilakukan EDP dan UGM dinyatakan aman dan afektif untuk pemberantasan penyakit demam berdarah dengue.
“Ya ketika nanti cara-cara ini dengan nyamuk Wolbachia dinyatakan aman, efektif, dan teruji di jurnal-jurnal ilmiah. Kepindahan kantor kami dari Jakarta ke Yogyakarta ini merupakan bentuk keseriusan dan komitmen Yayasan Tahija dalam penanggulangan deman berdarah dengue,” jelasnya.
Prof. Adi Utarini selaku peneliti utama EDP menyatakan program-program EDP Yogya telah berjalan sesuai dengan fase yang direncanakan. Dimulai pada tahun 2011, penelitian nyamuk Wolbachia ini diharapkan mencapai hasil di tahun 2019.
“Saat ini, kami tengah melakukan pelepasan Wolbachia dengan menitipkan ember-ember berisi telur nyamuk aedes aegypti ber-Wolbachia di rumah-rumah. Tidak kurang dari 7.300 ember telah kami titipkan sejak awal Maret tahun ini,” katanya.
Adi Utarini mengatakan kehadiran peneliti nyamuk ber-Wolbachia dari Australia kini berkurang. Bahkan, peneliti-peneliti dari UGM sudah memiliki kompetensi yang sama.
“Peneliti dari Vietnam, Brazil, dan India belum lama berkunjung ke EDP untuk belajar. Jadi, kita lebih baik. Kita telah jauh melengkapi kapasitas peneliti,” tuturnya. (Humas UGM/ Agung).