Material berskala nano merupakan material yang sangat atraktif kerena memiliki sifat-sifat yang sangat berbeda dibandingkan dengan yang diperlihatkan pada skala makroskopisnya. Terdapat berbagai fenomena quantum atraktif yang timbul sebagai akibat pengecilan ukuran material hingga ke dimensi nano. Logam platina meruah yang dikenal sebagai material inert dapat berubah menjadi material katalitik jika ukurannya diperkecil mencapai skala nano. Material stabil, seperti aluminium, menjadi mudah terbakar, bahan-bahan isolator berubah menjadi konduktor.
Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Prof. Dr. rer. Nat. Drs. Karna Wijaya, M.Eng., Selasa (9/2/2010) di Balai Senat UGM saat dikukuhkan dalam jabatan Guru Besar Fakultas MIPA UGM. Lebih lanjut dijelaskan Wijaya, untuk nanomaterial berlapis dengan struktur nano melalui nanoteknologi, seperti self assembly dan metode preparasi lainnya, dapat dikonversikan menjadi material unggul, salah satunya adalah nanokomposit dengan sifat-sifat mekanik, kimia, dan fisika yang tinggi.
“Smektit terinterkalasi ion organoamonium dapat digunakan untuk menyerap kontaminan dalam bentuk spesies organik yang sukar larut dalam air. Sementara nanokomposit clay-polymer dipakai sebagai komponen interior kendaraan,” tutur pria kelahiran Jakarta, 7 Desember 1963 ini.
Ditambahkan oleh Wijaya, dalam bidang industri zeolit dapat dimanfaatkan sebagai katalis pada pemprosesan minyak bumi. Selain itu, dapat juga dipakai sebagai katalis dalam konversi hidrokarbon menjadi bahan-bahan kimia yang bernilai ekonomi. Dalam bidang pertanian, peternakan, dan perikanan, zeolit juga dapat digunakan sebagai adsorben dan pengaturan unsur hara.
Sementara itu, pillared clay yang merupakan nanokomposit berpori berguna sebagai bahan pengolah air limbah, matriks antibakteri, katalis perengkah, dan fotokatalis. Silika dengan pori-pori eksotisnya dapat dimanfaatkan sebagai adsorben dan molecular sieves atau melalui insersi ligan dapat dibentuk menjadi nanokomposit yang berpotensi sebagai adsorben kation-kation logam berat.
“Ke depannya, dengan dimotivasi dan terinspirasi akan keberhasilan mendesain nanomaterial berpori dan berlapis serta insersi spesies tamu ke dalam galeri atau pori nanomaterial, diharapkan berbagai tipe senyawa interkalasi dan inklusi baru dengan fungsi-fungsi yang lebih spesifik bisa disintesis,” kata suami Dra. Titik Nurchasanah ini. (Humas UGM/Ika)