Rudy, dosen pendidikan Sastra dan Bahasa Inggris Universitas Prima Indonesia (UNPRI), dinyatakan lulus Program Doktor Pengkajian Amerika, Fakultas Ilmu Budaya UGM. Mempertahankan disertasi Conceptualizing Gays in American Culture: A Representation Study on American Television Series in 2000s, Rudy dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude.
Rudy melalui disertasinya tersebut fokus meneliti representasi gay dalam televisi seri di Amerika. Dengan mengumpulkan dan mengamati televisi seri Amerika Serikat pada tahun 2000-an, ia menganalisis sekaligus merepresentasi apa yang muncul dalam televisi dengan tema gay.
“Melalui televisi seri di Amerika kita melihat karakter gay di Amerika Serikat pada tahun 2000-an. Dalam disertasi ini kita berupaya untuk mencari tahu upaya apa yang dilakukan oleh kaum gay dalam masyarakat yang bersifat hetero normatif di Amerika,” ujarnya, di Fakultas Ilmu Budaya UGM, Rabu (17/5).
Menurut Rudy, ada faktor-faktor yang mendorong munculnya televisi seri bertema gay dengan karakter gay sebagai karakter utamanya. Meskipun televisi-televisi tersebut sebagai media yang berorientasi pada keluarga ketika menampilkan tema-tema gay menimbulkan sikap pro dan kontra.
Meski begitu, menurut Rudy, disitulah menjadi kesempatan untuk melihat apa saja yang direpresentasikan oleh televisi seri di Amerika. Bagaimana seseorang dapat melakukan sesuatu, dan secara tidak langsung ada nilai-nilai budaya yang dapat kita peroleh.
Dari televisi seri ini, masyarakat bisa mengetahui dan mempelajari ciri-ciri khas dan budaya orang-orang yang muncul di televisi Amerika dengan tema gay dan hal itu bisa ditonton oleh semua keluarga melalui saluran televisi keluarga.
“Ternyata di situlah yang menarik, ada yang namanya toleransi dan memunculkan sikap yang menunjukkan ini sebuah realita di dalam masyarakat sehingga masyarakat kemudian menganggap ini bagian dari masyarakat, jadi televisi seri tersebut menunjukkan bahwa memang ada komunitas gay,” tuturnya.
Rudy mengakui di era tahun 60-an dan 70-an, Amerika tidak memperbolehkan tayangan televisi seri bertema gay, kecuali pemberitaan-peberitaan. Namun, seiring perkembangan pada tahun 90-an mulai muncul film-film dan televisi-televisi seri yang pertama bertema gay.
“Di sini saya melihat ada gelombang bahwa orang mulai berubah prinsip, terlebih di tahun 2000-an, tepatnya di bulan Juni 2015, ketika Presiden Barack Obama menyatakan supreme court di Amerika Serikat melegalkan pernikahan sesama jenis. Banyak orang kemudian menggunakan kesempatan ini untuk mempertontonkan muncul karakter-karakter gay dan ini menjadi bagian dari fakta dan realita sosial, fakta yang ada di masyarakat Amerika Serikat itu sendiri,” paparnya.
Melakukan kajian pada tujuh televisi seri di Amerika Serikat, Rudy mengungkapkan tujuh televisi seri tersebut selalu mewarnai pembicaraan-pembicaraan soal homoseksual. Dengan budaya liberal yang dimiliki, masyarakat Amerika nampaknya menekankan pentingnya mengekspresikan kebebasan individu dan kebebasan seseorang, dan itulah yang kemudian menumbuhkan sikap toleransi kepada orang-orang yang berbeda.
“Kalau di Indonesia karena bukan liberal maka untuk menemukan seri televisi bertema gay seperti yang ada di Amerika tidak ditemukan. Kalaupun ada, di film ataupun di televisi karakter-karakter gay muncul cenderung digambarkan sebagai orang yang bersifat keperempuanan, orang yang tidak diterima di masyarakat atau orang yang punya peran kecil di dalam televisi tersebut,” tandasnya. (Humas UGM/ Agung)