Yogya, KU
Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM melantik 139 dokter hewan baru, Rabu (30/12), di Gedung Koesnadi Hardjasoemantri. Para dokter hewan tersebut terdiri atas 50 pria dan 89 wanita. Sampai saat ini, FKH telah meluluskan 3.587 dokter hewan.
Dekan FKH UGM, Prof. Dr. drh. Bambang Sumiarto, S.U., M.Sc., mengatakan dokter hewan harus dapat bekerja profesional dan berwawasan global untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera melalui kesehatan hewan. Pasalnya, penyakit pada hewan dapat menjadi sumber penyakit bagi manusia dan hewan lain.
Dikatakan Bambang, praktik mandiri dokter hewan saat ini menjadi profesi menarik dan cukup menjanjikan. Banyak dokter hewan lulusan FKH UGM sukses berkarir dalam memberikan layanan medik veteriner di kota-kota besar, baik di dalam maupun di luar negeri. Beberapa alumnus bekerja di berbagai negara, seperti Amerika, Afrika Selatan, Australia, Thailand, Singapura, Malaysia, dan Brunai Darusalam. ”Mereka sangat berperan menjaga kesehatan hewan untuk kepentingan kesehatan manusia, masyarakat, dan lingkungan,” katanya.
Dalam pidato sambutannya, Bambang mengemukakan Indonesia saat ini menjadi pasar potensial bagi produk daging dunia dengan tingkat konsumsi masih sangat rendah, yakni 1,75 kg/kapita/tahun. Meski demikian, tingkat konsumsi ini dipastikan meningkat seiring dengan membaiknya tingkat pendapatan masyarakat dan kesadaran untuk meningkatkan kecukupan protein hewani. ”Potensi pasar yang sangat besar itulah, tidak kurang 68 negara sedang antre mencoba mengekspor dagingnya ke Indonesia,” kata Bambang.
Bambang menyebutkan beberapa otoritas pelabuhan telah disibukkan dengan membongkar dan memusnahkan daging impor ilegal dari berbagai negara, antara lain, India, Argentina, dan Brasil. Menurutnya, langkah reaktif dan responsif tidak akan efisien apabila pemerintah tidak memperketat perizinan impor produk daging berbahaya, terlebih lagi dengan tidak melarang produk daging dari negara yang tidak terbebas penyakit mulut, kuku, dan sapi gila.
Kepada para dokter hewan yang baru saja dilantik, Bambang juga menekankan pentingnya mereka melirik pembudidayaan primata (monyet) yang merupakan salah satu satwa liar primadona di Indonesia. Melimpahnya monyet ekor panjang dan ekor pendek tidak dijumpai di negara empat musim. Padahal, di negara-negara maju, monyet ekor panjang dan ekor pendek dijadikan hewan model. Oleh karena itu, permintaan ekspor bagi monyet ekor panjang dan ekor pendek ini cukup tinggi. Dalam 5 tahun terakhir, kuota ekspor monyet ini mencapai 7.000 ekor, tetapi baru bisa terpenuhi setengahnya saja. ”Pembudidayaan satwa ini untuk dijadikan hewan model yang specific patogen free sangat layak untuk direalisasi dan mau tidak mau, sektor ini sangat memerlukan peran serta dokter hewan,” tambahnya.
Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) DIY, drh. Rosul Suhendro, menyebutkan lulusan dokter hewan yang dilantik kali ini banyak di dominasi dokter hewan wanita. Hal itu menunjukkan untuk bekerja di lapangan, dokter hewan wanita tidak kalah dengan dokter hewan pria. Hampir 60 persen yang dilantik sudah bekerja. ”Hanya 40 persen yang belum bekerja,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)