Yogya, KU
Mantan Rektor UGM, Prof. Dr. Sofian Effendi, M.P.I.A., menyesalkan jika mobil dinas cukup mewah yang diberikan kepada para menteri Kabinet Indonesia Bersatu jilid II bukan mobil buatan dalam negeri atau mobil nasional (mobnas), melainkan mobil mewah impor.
“Celakanya, Indonesia sampai sekarang tidak punya mobil nasional. Di negara lain, seperti Malaysia dan India, mobil pejabat negara adalah mobil nasional. Bukan tidak memiliki mobil mewah, tapi kebanggaan sebagai simbol memiliki mobil nasional sendiri,” kata pakar administrasi publik UGM ini, Rabu (30/12), di University Club (UC) UGM saat menghadiri perayaan ulang tahun ke-70 Prof. Dr. Djoko Suryo.
Sofian mengaku kecewa karena hingga kini bangsa Indonesia belum mengembangkan pembuatan mobil nasional. Sebaliknya, Indonesia malah menjadi pangsa pasar mobil impor. “Saya heran, pemerintah kok lebih percaya dengan mengimpor mobil daripada membuat mobil produksi dalam negeri,” tukasnya.
Di samping itu, menurut Sofian, pemerintah sebenarnya dapat mengubah aturan untuk melelang mobil yang telah berlaku sejak orde baru. Dalam sistem pembukuan negara, aset bergerak hanya berlaku lima tahun, setelah itu nilainya nol. “Akhir masa lima tahun dianggap nol dalam pembukuan keuangan. (Mobil) ditawarkan kepada menteri yang sudah menjabat, dengan harga sudah sangat rendah,” sarannya.
Kendati begitu, Sofian menilai pemberian mobil dinas mewah kepada menteri bukanlah pemborosan karena masih banyak lagi pemberian fasilitas kepada pejabat negara yang jauh lebih besar. ”Pemborosan juga tidak bila dilihat dari keperluan, tapi mobil itu belum mencerminkan simbol pemerintahan kita,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)