Sepak bola merupakan salah satu olahraga populer yang memiliki banyak penggemar di dunia, termasuk Indonesia. Sayangnya, di Indonesia cabang olahraga ini masih jauh tertinggal dalam pencapaian pretasi. Data FIFA 2015 mencatat Indonesia berada di posisi 165 tingkat internasional dan peringkat 33 di Asia. Bahkan hingga saat ini belum mampu menembus jajaran negara peserta Piala Dunia.
Dosen Departemen Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM, Mirza Hapsari Sakti Titis P, S.Gz., RD, MPH., mengatakan terdapat beragam faktor yang memengaruhi prestasi, salah satunya adalah terkait asupan gizi. Namun, gizi zebagai salah satu unsur yang memengaruhi performa masih sering diabaikan baik oleh atlet, pelatih maupun pemangku kebijakan di Indonesia. Sejumlah persoalan terkait gizi masih banyak ditemukan pada atlet Indoensia baik secara antropometri, biokimia, klinis, dan asupan makanan sehingga perlu dilakukan perbaikan secara kontinu.
“Berbagai permasalahan gizi yang terjadi berujung pada perfoma atlet yang tidak optimal sehingga memengaruhi capaian prestasi,” terangnya, Selasa (23/5) saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Kedokteran UGM.
Mempertahankan disertasi berjudul efektivitas Penatalaksanaan Gizi Pada Atlet Terhadap Perbaikan Status Gizi Sebagai Penunjang Performa, Mirza memaparkan terapi gizi yang tepat dan berkelanjutan diiringi dengan monitoring dan evaluasi secara kontinu akan menjadi kunci keberhasilan manajemen gizi. Dengan begitu dapat menghasilkan hasil terbaik berupa performa atlet yang terjaga dalam jangka panjang. Pendampingan dan edukasi bagi perubahan perilaku untuk mengubah pola makan sehat juga harus dilakukan sehingga atlet dapat secara mandiri bisa memenuhi kebutuhan gizi yang tepat.
Melakukan penelitian pada 126 atlet di Asrama Atlet Remaja Ragunan,Kemenpora dan SSB ASIFA Malang selama bulan ajnuari hingga Juni 2016 diketahui adanya pendampingan pelayanan gizi selama 3 bulan terdapat memperbaiki tinggi badan, ektomorf, dan frekuensi denyut jantung. Hanya saja, program gizi yang diberikan belum efektif memperbaiki asupan cairan. Ha ini dikarenakan belum adanya intervensi khusus untuk pemenuhan asupan cairan pada kelompok-kelompok penelitian.
Mirza menyebutkan program gizi yang efektif akan memperbaiki seluruh aspek antropometri seperti berat tubuh, tinggi tubuh, masa otot,persen lemak, endomorf, dan ectomorf. Selain itu juga mempengaruhi somatotipe, status hidrasi, asupan makanan dan supan cairan.
“Karenanya pendampingan gizi pada atlet perlu dilakukan oleh para pemangku kebijakan,”tandasnya. (Humas UGM/Ika)