Yogya, KU
Program Sekolah Pascasarjana UGM dan Ciputra Foundation, berhasil meluluskan 28 orang calon pengusaha muda yang tergabung dalam Campus Entrepreneur Program (CEP). Peserta yang kebanyakan lulusan sarjana muda UGM ini selama 3 bulan digembleng dengan berbagai teori dan praktek bisnis dari para mentor yang sudah berpengalaman.
Menurut Direktur Ciputra Foundation Antonius, sebagai penutup dari program CEP ini, masing-masing peserta mengikuti kompetisi business plan (rencana wirausaha). Kompetisi ini bertujuan untuk memberi semangat dan memotivasi setiap peserta untuk menerapkan rencana wirausaha yang diimpikan mereka masing-masing.
“Dari 28 rencana wirausaha yang diajukan, berhasil diseleksi 5 finalis terbaik yang diberikan hadiah berupa berupa dana yang bisa digunakan sebagai modal awal dalam memulai usahanya,†tegas Antonius, Jumat malam (1/2) dalam acara penutupan dan pemberian award CEP UGM di Gedung Sekolah Pascasarjana UGM.
Antonius menjelaskan, kelima pemenang yang sudah terpilih ini, pihak Bank Rakyat Indonesia (BRI) telah bersedia untuk mendampingi usaha mereka dengan memberikan pinjaman modal.
Direktur Program Sekolah Pascasarjana UGM Prof Dr Irwan Abdullah kepada wartawan mengemukakan, kegiatan Campus Entrepreneur ini dalam rangka menciptakan pengusaha-pengusaha muda dari UGM yang nantinya mampu membuka lapangan kerja baru dan juga mampu mengurangi jumlah penduduk miskin di negeri ini.
“Sebanyak 49 persen penduduk Indonesia saat ini hidup dalam kemiskinan. Banyaknya penduduk miskin ini akibat lapangan kerja yang kini sangat terbatas, pertumbuhan dan perkembangan sektor riil yang sangat lambat dan situasi ekonomi yang sangat lesu,†ujarnya.
Lebih lanjut Irwan menambahkan, 28 pengusaha muda UGM diharapkan tidak hanya mampu menentukan nasib dan masa depannya sendiri, tetapi juga bisa menentukan nasib orang lain dengan cara membuka lapangan kerja baru.
Sementara, asisten Wakil Rektor bidang kerjasama UGM Dr Bambang Purnomo yang berkesempatan hadir sangat menyambut baik terlaksananya program CEP UGM ini untuk mewujudkan komitmen UGM dalam memecahkan persoalan ekonomi bangsa.
Dirinya menghimbau kepada peserta lulusan angkatan pertama CEP UGM, agar bekal dan pengalaman yang telah didapatkan dijadikan langkah awal untuk menjadi pengusaha yang sesungguhnya. Selain itu, kata Bambang, menjadi pengusaha tidak hanya cukup dengan pintar menjual saja, tapi juga harus memiliki kemampuan untuk melakukan inovasi sebuah produk.
“Saat ini, hampir semua barang yang kita lihat di pasaran, pasti tertera tulisan dibelakangnya Made In China, mengapa semua barang berasal dari negeri china, karena inovasi produk di sana cukup baik, saya berpesan kalian tidak harus pintar menjual tapi harus juga pintar berinovasi,†jelasnya.
Indra Nursatria Adhitama, peserta yang berhasil menjadi pemenang penghargaan kategori business creation, mengungkapkan banyak pengalaman yang didapatkan dirinya selama mengikuti CEP ini. Salah satunya, mamapu mengubah karakter dirinya yang dulu hanya bisa berteori tentang bisnis namun belum tentu bisa mempraktekkan.
“Banyak yang hal menarik selama mengikuti Campus Entrereneur, salah satunya saya semakin tertantang untuk melaksanakan semua program yang mereka ditawarkan. Satu hal yang saya dapatkan, lewat kegiatan ini ternyata mampu mengubah karakter diri saya, dari yang dulunya suka ngomong doing menjadi orang yang harus bisa melaksanakan omongan tersebut,†ujar lulusan psikologi UGM tahun 2007 ini.
Adapun konsep rencana bisnis Indra yang dianugeraih award senilai 20 juta rupiah ini, yakni bisnis Futsal Zone. Bersama dengan rekannya, dalam proposalnya Indra berencana membangun bisnis dari kegiatan liga futsal profesional tingkat regional dan nasional.
“Kita ingin mengubah anggapan bahwa futsal bukan hanya sekedar untuk senang-senang tapi juga bisa menjadi pekerjaan bisnis yang sifatnya professional,†katanya.
Rencana awal bisnis futsalnya akan dimulai dengan menyewa lokasi tanah yang berada di daerah Babarsari, Condong Catur, Sleman yang nantinya dijadikan lapangan futsal bertaraf internasional.
“Selanjutnya kita akan mengembangkan sebuah fasilitas yang sifatnya internasional yang bisa disewakan, Lapangan futsal ini akan menjadikan fasilitas untuk mencetak pemain professional. Kita berharap membangun banyak fasilitas serupa lainnya di berbagai daerah,†kata penggemar berat bintang sepakbola dunia Ronaldinho ini.
Semakin banyak lapangan futsal yang disewakan, kata Indra, maka akan ada mekanisme seperti kepemilikan klub futsal, lalu akan dilanjutkan adanya kompetisi antar klub, baik regional dan nasional. Sedangkan dana sekitar 20 juta yang sudah diterimanya, rencananya akan dimanfaatkan untuk biaya pra operasional, melakukan survey, membangun jejaring, dan membuat konsep yang lebih matang lagi. (Humas UGM/Gusti Grehenson)