Masyarakat penyandang disabilitas di Indonesia masih termarjinakan. Mereka belum sepenuhnya bisa menikmati fasilitas publik yang dibangun oleh pemerintah karena tidak sedikit fasilitas belum ramah difabel, termasuk di kawasan wisata.
“Selama ini hak bagi kaum difabel untuk berwisata khususnya di Yogyakarta seperti termarjinalkan. Bahkan, pengelola dan pemerintah daerah tidak mempunyai data pasti tentang jumlah pengunjung difabel, fasilitas dan pengelolaannya masih belum ramah terhadap difabel,” papar Febri Handoyo, mahasiswa Sekolah Vokasi UGM, Rabu (14/6) di UGM.
Prihatin dengan keadaan tersebut Febri bersama dengan Anggit Novitariasari (Fisipol), Qonita Putri Firdausa (Fisipol), Aufi Nidau Sholihah (Fisipol), serta Ashila Fitra Hani (Psikologi).melakukan tinjauan terhadap fasilitas dan pengelolaan wisata edukasi di Yogyakarta bagi difabel. Hasilnya diharapkan dapat dijadikan evaluasi bagi pengelola objek wisata dan pemerintah daerah.
Febri menyampaikan bahwa pemerintah telah menyediakan fasilitas ramah difabel. Hanya saja, belum semua tempat wisata memiliki fasilitas yang dapat memudahkan difabel dalam berwisata.
“Beberapa tempat sudah ada yang mempunyai fasilitas ramah difabel, tetapi masih belum sesuai standar yang ditetapkan pemerintah,” jelasnya.
Febri menyebutkan dari penelitian yang mereka lakukan diharapkan dapat menjadi referensi dan evaluasi bagi pemerintah maupun pengelola objek wisata edukasi. Dengan demikian, kedepan dapat terwujud objek wisata inklusi dan memberikan kenyamanan bagi semua pengunjung yang datang, tak terkecuali penyandang disabilitas.
“Harapannya penyandang disabilitas tidak lagi akan merasa termarjinalkan khususnya ketika mereka berwisata di tempat wisata edukasi,”pungkasnya. (HumasUGM/Ika)