
Untuk mengembangkan inovasi dan pedesaan di 115 kabupaten se-Indonesia, UGM menerjunkan 5.982 mahasiswa KKN-PPM periode antar semester 2017 yang dilepas oleh Menteri Dalam Negeri dan Rektor UGM, Jumat (9/6). Dari ribuan mahasiswa tersebut, 115 mahasiswa KKN PPM di antaranya mengabdi di Desa Girikerto, Kecamatan Sine dan 3 desa lainnya di Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, yakni Desa Pitu, Desa Dumplengan dan Desa Selopuro, sejak 10 Juni hingga 4 Agustus 2017.
Serah terima mahasiswa KKN PPM UGM dilakukan di Pendopo Wedya Graha Ngawi antara Bupati Ngawi Ir. H. Budi Sulistyono dan pihak UGM yang diwakili oleh Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Desa Pitu dan Adam Sukarno, S.IP., MA., sebagai DPL Desa Dumplengan, Senin (12/6).
Dalam sambutan penerimaan, Bupati Ngawi, Budi Sulistyono, menjelaskan bahwa kegiatan KKN banyak memberikan manfaat, baik kepada mahasiswa maupun masyarakat setempat. Untuk itu, mahasiswa diminta serius dalam menjalankan KKN.
“Seriuslah KKN karena KKN tidak hanya untuk menggugurkan kewajiban, tetapi melatih mahasiswa belajar menjadi pemimpin serta menjaga hubungan emosi dan berempati dengan masyarakat,” jelas Budi.
Budi juga berharap agar mahasiswa meresapi KKN dan menggunakan hobinya masing-masing untuk mendekati masyarakat. Saat ini, Pemkab Ngawi sedang menggenjot pembangunan infrastruktur desa, seperti jalan, saluran air dan jalan antar desa, termasuk bagaimana melestarikan hutan. Hal ini memerlukan inovasi dalam penerapan ilmu mengingat masyarakat desa di pinggir hutan berkarakter pasif.
“Masyarakat desa hutan itu pasif, monoton, pakaian dan makanan ya itu itu saja. Perlu inovasi untuk melestarikan hutan,” Kanang menekankan.
Sementara itu, Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D. yang sekaligus mewakili Direktur Pengabdian kepada Masyarakat UGM, menyampaikan bahwa tema KKN PPM UGM yang diangkat di Desa Pitu adalah Smart Forest Village: Penguatan Masyarakat Desa Hutan untuk Pengelolaan Hutan Lestari (30 mahasiswa), sedangkan Desa Dumplengan dengan tema “Penguatan Sumberdaya Manusia Berbasis Pemberdayaan Hutan dengan Sistem Agroforestry” (25 mahasiswa). Adapun Desa Selopuro fokus pada Penguatan Masyarakat Desa Hutan Berbasis Kearifan Lokal demi Kelestarian Hutan (30 mahasiswa). Selanjutnya KKN PPM UGM di Desa Sine dengan 30 mahasiswa masih terus melanjutkan program Desa Wisata Hijau Girikerto (DeWiGiri) yang telah dirintis sejak tahun 2015. Atus menekankan agar mahasiswa dapat memahami kultur budaya setempat dan peka akan kebutuhan pembangunan masyarakat desa hutan.
“Sebelum lebih jauh berinovasi, mahasiswa supaya berbaur dan paham akan budaya Ngawi serta tahu akan permasalahan di sekitar hutan, baik hutan pegunungan di Kecamatan Sine maupun hutan dataran rendah menggugurkan daun yang didominasi jati di Kecamatan Pitu. Masyarakat sejahtera, hutan pun lestari,” kata dosen Fakultas Kehutanan tersebut.
Pada kesempatan tersebut, Atus secara simbolik menyerahkan sebuah (draft) buku kepada Bupati Ngawi yang berjudul “Keanekaragaman Flora, Fauna, Lanskap, Sumber Air, dan Kearifan Lokal Masyarakat Lereng Gunung Lawu, Ngawi, Jawa Timur”. Buku ini merupakan hasil penelitian mahasiswa KKN-PPM UGM pada tahun 2015 dan 2016 serta diharapkan menjadi referensi terkait potensi kekayaan alam Desa Girikerto, Kecamatan Sine. (Humas UGM/Satria)