Mahasiswa UGM tak henti-hentinya menciptakan karya yang solutif dan inovatif. Kali ini sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam PKM bidang Kewirausahaan (PKM-K) menciptakan mainan sebagai solusi pembelajaran matematika bagi anak. Mainan yang diberi nama JENGGO merupakan karya inovasi oleh mahasiswa UGM yang terdiri dari Anggita Windi Tiasari (FMIPA), Meilinda Chrisdian Pertiwi (FMIPA), Safita Ema Amalia (FMIPA), Galih Yudithya Utama (FMIPA) dan Micahel Sigit Wicaksono Anugrah Kristanto (FTP). JENGGO merupakan paduan permainan seru antara jenga dan lego
Pembuatan JENGGO dilatarbelakangi atas permasalahan yang ditemui oleh tim dan melihat bahwa matematika merupakan ilmu yang diterapkan pada berbagai disiplin ilmu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa matematika cukup penting dalam kehidupan sehari-hari. Tim beranggapan bahwa pemahaman ilmu matematika akan lebih baik diajarkan sejak usia dini, terutama bagi anak berada di jenjang PAUD, TK, SD, dan SMP. Dengan begitu, pada jenjang studi selanjutnya mereka akan lebih mudah mempelajari ilmu matematika.
“Matematika sudah mulai dikenalkan sejak anak-anak di jenjang yang masih dini, namun banyak yang menganggap matematika sulit dan menjadikannya momok,” ujar Meilinda, Kamis (15/6).
Anak-anak cenderung lebih suka bermain daripada belajar kontradiktif. Selain itu, masa anak-anak adalah masa yang baik untuk belajar. Hal tersebut menginspirasi Meilinda dan tim untuk membuat sebuah alat peraga edukasi (APE). Kelebihan alat ini anak-anak dapat bermain sambil belajar. Menurut Meilinda, matematika sebenarnya sudah cukup familiar sejak usia dini, namun anggapan bahwa matematika sulit menyebabkan anak-anak menjadi malas belajar dan cenderung menghindari matematika.
“Anak-anak terkadang lebih suka bermain daripada belajar,“ imbuh Meilinda.
JENGGO memiliki bentuk seperti jenga dengan inovasi pada pewarnaan balok yang diharapkan menjadi salah satu daya tarik anak-anak untuk ikut bermain. Selain itu, inovasi juga diberikan pada bentuk balok yang dapat dilepas pasang seperti lego. Balok yang dilepas pasang ini memiliki lima varian bentuk, yaitu segitiga, lingkaran, trapesium, jajaran genjang dan bujur sangkar. Inovasi ini sekaligus memberi pengetahuan pada anak-anak mengenai macam bangun datar yang umum diketahui.
Kelebihan produk JENGGO dibandingkan dengan produk jenga yang telah ada sebelumnya adalah adanya balok yang dapat dilepas pasang. Selain itu, ada kartu petunjuk bermain yang universal namun unik. Universal yang dimaksud yakni dapat digunakan oleh PAUD hingga SMP yang masing-masing memiliki aturan permainan dan dapat disesuaikan umur atau jenjang sekolah.
Cara bermain JENGGO cukup mudah dan dapat dimainkan bersama dua atau lebih pemain. Langkah pertama, tiap tiga balok disusun rapi ke atas, kemudian dua dadu dikocok. Setelah itu, pemain mengambil kartu petunjuk bermain, sekaligus mengambil balok sesuai angka hasil pengerjaan petunjuk di kartu. Setelah itu, ditaruh di lapisan jenggo paling atas, begitu seterusnya hingga roboh. Apabila pemain mendapat balok lepas pasang maka ia harus menyebutkan bangun datar di balok tersebut.
JENGGO dapat digunakan oleh anak-anak jenjang PAUD hingga SMP dan dapat digunakan sebagai pendamping guru untuk mengajar. Dengan adanya inovasi JENGGO, tim ini berharap dapat berkontribusi untuk negeri dengan menjunjung slogan pemantik semangat think big, start small, act now. “Dari UGM kita bangun Jogja untuk Indonesia menuju pentas dunia,” tambah Meilinda. (Humas UGM/Catur)