
Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran media sosial berpengaruh besar terhadap politik elektoral di Indonesia. Media sosial menjadi wadah bagi para kandidat untuk bersaing memenangkan persaingan. Pemilihan Presiden tahun 2014 menjadi momentum penting yang menandai keterlibatan media sosial dalam perpolitikan di Indonesia. Bahkan, berlanjut pada Pilkada DKI tahun ini. Hal itu ditunjukkan saat masyarakat diramaikan dengan perdebatan seputar Pilkada DKI. Pengguna media sosial, baik warga asli DKI maupun di luarnya, asik berdebat untuk memenangkan kandidat yang mereka dukung. Berita hoax bertebaran dimana-mana, buzzer dan haters pun ikut meramaikan media sosial.
Berdasarakan data dari KPUD DKI sendiri jumlah pemilih muda yang aktif menggunakan media sosial sebanyak 1.990.390 orang. Mereka adalah pemilih yang terdaftar sebagai pemilih dan berusia antara 17-30 tahun. Tentu memenangkan pertarungan di media sosial akan berpengaruh terhadap hasil Pilkada itu sendiri.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh empat orang mahasiswa UGM, yakni Indah Tavania Muttaqien, Albert Sudirman, Miftah Farid Mahardika, dari Departemen Politik Pemerintahan Fisipol UGM dan Tio Tegar Wicaksono dari Fakultas Hukum UGM, menegaskan bahwa media sosial memberikan pengaruh yang besar terhadap pemilih muda di Jakarta. Penelitian yang dilakukan pada 16-19 April lalu dengan mengambil 400 sampel yang tersebar di seluruh DKI dengan metode multistage sampling, diketahui sebanyak 60% responden mengaku bahwa media sosial memengaruhi mereka untuk menggunakan hak pilihnya. “Angka ini tentunya cukup besar, yang artinya lebih dari setengah jumlah pemilih muda menggunakan hak pilihnya karena dorongan dari media sosial,” kata Ketua tim penelitian, Indah Tavania Muttaqien, saat memaparkan keterangan kepada wartawan terkait hasil penelitian mereka, Jumat (16/6).
Penelitian yang merupakan bagian dari PKM Penelitian Sosio Humaniora dengan judul “Digital Native dalam Pemilu di Indonesia: DKI Jakarta” sebanyak 90% responden mengaku media sosial berpengaruh dalam menentukan kandidat mana yang akan mereka pilih. “Hanya 10% pemilih muda yang tidak terpengaruh media sosial dalam menentukan pilihannya,” kata Tio Tegar Wicaksono.
Dikatakan Tio, perang ide dan gagasan serta kreatifitas di media sosial dapat menentukan hasil keseluruhan dari persaingan politik. Ia menyimpulkan bahwa menguasai media sosial, menjadi kunci kemenangan dalam pilkada bahkan di pilpres. (Humas UGM/Gusti Grehenson)