Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (24/1), melaksanakan kunjungan ke UGM. Kunjungan yang dilakukan dalam rangka mencari masukan dari banyak pakar ini dipimpin oleh Kepala BNPB, Dr. Syamsul Maarif. Rombongan diterima oleh Asisten Wakil Rektor Senior Bidang P3M, Prof. Dr. Zuprizal, didampingi Ketua LPPM, Prof. Dr. Ir. Danang Parikesit, M.Sc., di Ruang Sidang Majelis Wali Amanat UGM.
Dalam kunjungan ini, kedua lembaga berkesempatan berdiskusi tentang pengelolaan bencana berbasis multidisipin. Di hadapan delegasi BNPB dan para tamu undangan, Kepala Pusat Studi Bencana UGM, Dr. Junun Sartohadi, M.Sc., menjelaskan latar belakang komitmen UGM untuk penanggulangan bencana. Program-program pengelolaan bencana di UGM mencakup seluruh bidang, sebagaimana Tri Dharma Perguruan Tinggi dilaksanakan melalui bidang penelitian, pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat. “Itu dilakukan mencakup seluruh bidang pengelolaan bencana, dari persiapan menghadapi bencana, tanggap darurat hingga pemulihan,” terangnya.
Dikatakan Junun, melihat arti penting pengelolaan bencana, UGM secara akademik membuka beberapa program studi bencana alam, antara lain, Magister Pengelolaan Bencana Alam, Magister Geoinformation for Spatial Planning and Disaster Risk Management, yang merupakan hasil kerja sama dengan ITC Netherland, dan berbagai macam kursus singkat terkait dengan kegiatan pengelolaan dan pengurangan risiko bencana.
Berbagai penelitian pun sering dilakukan UGM, terutama penelitian dasar bencana alam, meliputi longsor, tsunami, rob, gempa bumi, gunung api, angin topan, dan kekeringan. Dalam penelitian itu dimanfaatkan berbagai peralatan Early Warning dan Risk Based Multi Hazard Mapping. Di samping itu, bersama institusi lokal dan pemberdayaan masyarakat, sering juga dilakukan survei cepat bencana. “Melalui bidang pengabdian, maka dibentuk satuan tanggap darurat bencana di UGM, sosialisasi bencana, pembentukan kelompok masyarakat tanggap bencana tingkat desa, KKN Peduli Bencana, Pembentukan Modul Pendidikan Kebencanaan, Pemberdayaan UMKM pascabencana dan penyusunan NA dan RUU,” jelas Junun Sartohadi.
Melihat kelebihan yang dimiliki, tak salah bila UGM menjadi salah satu lembaga yang berpotensi mendukung kegiatan BNPB. Potensi yang dimaksud berupa pendampingan untuk institution development process berbasis pengalaman teknis dan nonteknis penanganan bencana. “Potensi itu terlihat pula dalam wujud communication forum guna mendukung sarana penanggulangan bencana, misalnya multi hazard map berbasis risiko kejadian dan dampak terukur,” imbuh Junun.
Beberapa contoh aktivitas nyata yang merupakan bentuk dukungan untuk BNPB berupa penyusunan profil kebencanaan, analisis risiko bencana, perencanaan penanggulangan bencana, penyusunan Na-RaPerda dan Na-RaUU terkait dengan penanggulangan nencana, pembentukan BPBD dan penyusunan konsep desentralisasi penyelenggaraan penanggulangan bencana, serta berbagai aktivitas tanggap darurat bencana.
Sementara itu, Sekretaris LPPM, Dr. Wisnu Nurcahyo, mengatakan kunjungan ini merupakan upaya mencari masukan guna penyempurnaan program-program BNBP ke depan karena UGM memiliki banyak pengalaman dalam penanggulangan bencana. Di samping itu, UGM juga memiliki banyak program studi sehingga dengan pendekatan multidisiplin mampu memberikan solusi penanganan bencana secara menyeluruh. “UGM adalah satu-satunya universitas yang terus berkomitmen terhadap masalah bencana,” terangnya. (Humas UGM/ Agung)