Seperti kebanyakan siswa SMA, Arkan Syafera memiliki keinginan untuk dapat melanjutkan studi ke perguruan tinggi selepas lulus dari bangku sekolah menengah, kuliah di universitas dan program studi yang diidam-idamkan demi mengejar cita-cita di kemudian hari. Namun, bagi Arkan perjuangannya untuk bisa kuliah dimulai jauh sebelum hari kelulusannya.
“Dari SMP saya ingin sekali untuk kuliah. Tapi orang tua bilang kalau tidak dapat beasiswa ya saya tidak bisa kuliah. Jadi, dari awal saya sudah menyiapkan benar-benar, pokoknya nilainya harus bagus supaya bisa kuliah,” ucap Arkan saat ditemui di rumahnya di Kabupaten Purbalingga, Kamis (15/6) lalu.
Arkan mengakui, bukan hal yang mudah untuk menuntut ilmu hingga ke jenjang perguruan tinggi di tengah keterbatasan ekonomi keluarganya. Warung sederhana yang menjadi tumpuan keluarganya memang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Namun, hal itu tidak mengurungkan niatnya untuk memperoleh pendidikan yang terbaik.
Setiap waktu yang ia miliki ia gunakan dengan cermat untuk menjalankan tanggung jawabnya dalam belajar sambil tetap membantu orang tuanya. Sepulang sekolah, jika tidak membantu orang tuanya mengurus warung, ia menghabiskan waktu untuk mengerjakan tugas sekolah atau belajar bersama temannya. Sering kali ia memilih untuk tidur lebih awal di sore hari, dan menggunakan waktunya di malam hari untuk mengerjakan tugas sekolah di warnet.
“Saya rela malam-malam sama Bapak pergi ke warnet untuk mengerjakan tugas karena tidak punya komputer. Pokoknya bagaimana caranya agar nilainya bagus, ya sudah dijalani meskipun harus malam-malam ke warnet,” kisahnya.
Kedua orang tua Arkan, Sukirno dan Muslimah, mengerti benar bahwa anaknya memiliki ambisi yang tinggi untuk menuntut ilmu serta ketekunan dalam menjalankan tanggung jawabnya. Meski demikian, mereka mengaku terkejut ketika Arkan mengutarakan keinginannya untuk melanjutkan kuliah di UGM.
“Pernah ditanya gurunya di SMP, setelah SMA nanti mau ke mana. Dia bilang mau kuliah di UGM, saya juga kaget. Saya kan tidak mampu untuk menyekolahkan dia sampai situ,” ucap sang ayah.
Meski demikian, mereka percaya bahwa mimpi Arkan untuk kuliah di UGM bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dicapai. Ketika melihat ketekunan anak sulungnya dalam belajar dan mempersiapkan diri untuk mendaftar program Bidikmisi, terbersit harapan bahwa ia dapat mengangkat derajat keluarga mereka dengan kemampuan yang ia miliki.
“Dia semangat sekali belajar, apa lagi kemarin sebelum Ujian Nasional. Dia betul-betul ingin bisa diterima di UGM dan dapat beasiswa,” tuturnya.
Sehari-hari, pasangan suami istri ini memang hanya mengurus warung kecil di bagian depan rumah mereka. Sebelumnya, mereka sempat berjualan di pasar tidak jauh dari tempat mereka tinggal. Namun, mereka akhirnya harus menjual lapak mereka demi mengurus anak bungsu mereka yang waktu itu masih berusia bayi.
“Dulu kami kalau jualan harus berangkat dari rumah jam 2 malam. Kalau Arkan sendiri saya titipkan di tempat mbahnya. Kami sempat membawa adiknya ini ikut ke pasar tapi jadi sakit-sakit terus maka akhirnya kami memilih jualan di rumah saja,” ujar Sukirno.
Dengan berjualan di rumah, penghasilan yang mereka peroleh memang tidak seberapa, hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Karena itu, mereka tahu bahwa satu-satunya cara agar anaknya bisa berkuliah adalah dengan mencari beasiswa.
“Sebulan kami paling dapat 300 ribu, untuk makan saja ya harus dicukup-cukupkan. Saya bilang sama Arkan, kalau mau kuliah ya kalau bisa yang jalur beasiswa karena orang tua nggak punya,” tuturnya lirih.
Tak pelak, berita diterimanya Arkan di Fakultas Ilmu Budaya UGM melalui jalur SNMPTN dengan menerima beasiswa Bidikmisi bak memberi angin segar bagi keluarga ini. Mereka sungguh tidak menyangka, doa-doa mereka telah dijawab, dan impian yang selama ini dipegang teguh sungguh-sungguh menjadi kenyataan.
Menapaki babak baru dalam kehidupannya, Arkan tetap memegang teguh semangat yang ia miliki selama ini. Ia berjanji akan menggunakan kesempatan yang ia miliki untuk belajar dengan sungguh-sungguh demi mencapai impiannya dan membahagiakan kedua orang tua yang telah setia mendukungnya.
“Saya sekarang masuk Antropologi Budaya, pingin belajar sungguh-sungguh. Harapannya nanti suatu saat bisa jadi menteri,” ujar Arkan. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)