Daya tarik pusat kota terkait pesatnya perputaran roda ekonomi telah membawa dampak derasnya arus pendatang memadati pusat kota. Permasalahan ini terkadang tidak diimbangi dengan penyediaan permukiman layak oleh pemerintah kota, sehingga masyarakat miskin kota pun mencari solusi atas penyediaan tempat tinggalnya.
Data BPS (2002) sebagaimana dikutip Ir Dermawati D santoso MT Ars menyebut peningkatan penduduk kota yang tinggal di perkotaan ( Bantul dan Sleman) selama sepuluh tahun, secara proporsional mencapai masing-masing 50,28% dan 35,48%. Bila dilihat dari tingkat kepadatannya, kota Yogyakarta cukup padat dengan 12 080 jiwa/km2, dibandingkan dengan kabupaten sekitarnya seperti Bantul 1 597 jiwa/km2 dan Sleman 1 637 jiwa/km2.
Menurutnya, permukiman padat di Yogyakarta, seperti di kawasan Malioboro nampaknya menghadapi permasalahan serupa, yaitu keadaan fisik rumah yang terlalu padat dengan fasilitas yang kurang memadai. Perkembangan pesat perdagangan dan pariwisata di kawasan ini diikuti tumbuhnya toko dan hotel di sepanjang jalan Malioboro dan dimanfaatkan para Pedagang Kaki Lima (PKL).
“Kaki lima di jalan Malioboro memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik luar negeri maupun domestik. Hal ini tentu saja memberi peluang bagi pedagang luar kota, seperti Wonosari, Madura, Palembang, Lampung, Jambi, Riau dan Minangkabau ikut mengadu nasib sebagai PKL di kawasan ini,†ujar Derwawati Santoso, staf pengajar Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti, Jakarta saat ujian terbuka program doktor di Sekolah Pascasarjana UGM, Sabtu, (14/4).
Akibat aktivitas tersebut, penduduk kampung di sekitar kawasan Malioboro pun meresponnya dengan menyediakan sebagian ruang tinggalnya untuk disewakan/dikontrakan. Fenomena kontrakan terlihat pada kampong Pajeksan dan Jogonegaran di Kelurahan Sosromenduran.
“Hampir kurang lebih 80 persen rumah tinggal yang ada, di kedua kampong tersebut, dikontrakan untuk pedagang maupun pegawai yang bekerja di jalan Malioboro,†jelas Alumnus Magister Teknik Arsitektur UGM tahun 1994 ini.
Penelitian Derwawati Santoso di Kampung Pajeksan dan Jogonegaran terkait tingkat toleransi keruangan dengan privasi ruang mengungkapkan bahwa, semakin tinggi penggunaan ruang dengan berbagai kegiatan, maka privasi pada ruang tersebut menjadi semakin rendah. Sebaliknya, bila ruang tersebut hanya digunakan untuk satu kegiatan, privasi ruang tersebut tinggi.
Bahwa toleransi penggunaan ruang menjadi sangat penting bagi keluarga pengontrak, karena berbagai kegiatan dilakukan di luasan rumah yang terbatas. Konfigurasi pembagian fungsi ruang di dalam rumah tidak lagi berdasarkan hirarki ruang (publik, semi publik, privat dan servis seperti rumah tinggal pada umumnya), tetapi disesuaikan dengan kebutuhan keluarga. Luasan ruang yang terbatas di dalam rumah menyebabkan sebagian kegiatan meluas/ekspansi ke luar rumah (ruang kampung).
“Ruang kampung, seperti gang/jalan lingkungan, disamping untuk sirkulasi juga digunakan untuk menampung kegiatan memasak, mencuci, bermain juga untuk menyimpan aset produksi,†tandas perempuan kelahiran Riau 8 Desember 1951 ini.
Karenanya, siasat dan toleransi keruangan yang dilakukan para pengontrak, menyebabkan mereka tetap survive dalam menjalankan kehidupannya yang harmoni, tanpa konflik meskipun dalam tekanan lingkungan yang tinggi. Terdapat empat keluwesan konsepsi ruang yang dihasilkan dalam penelitian Dermawati D santoso, yaitu (i) konsepsi ruang dan waktu, (ii) konsepsi ruang dan usaha, (iii) konsepsi siasat ruang dan (iv) konsepsi ruang sosial.
Selain itu, disebut Dermawati, kekeluargaan dan kerukunan di dua kampung ini terwujud dalam nilai-nilai kebersamaan, seperti saling mengenal, saling menyapa, saling menghargai dan saling menghormati. “Nilai-nilai itu merupakan kekuatan internal masyarakat kampung Pajeksan dan Jogonegaran. Kekuatan itu telah digunakan untuk menghadapi berbagai permasalahan yang ada. Bahwa ikatan emosional yang terbentuk, baik dalam hubungan sosial mapun hubungan ekonomi membuat warga pengoontrak dapat bertahan hidup di kampun Pajeksan dan Jogonegaran,†tandas anggota Ikatan arsitek Indonesia DKI- Jakarta, yang dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan, sekaligus meraih gelar dokor bidang ilmu teknik keruangan dari UGM. (Humas UGM).